Palembang, Gatra.com- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa pemerintah saat ini berusaha untuk menghindarkan keluarga Indonesia dari "neraka dunia".
"Neraka dunia di Indonesia secara desain teknokratik dirumuskan dalam tiga hal, pertama stunting, kedua kemiskinan ekstrem, ketiga berbagai macam penyakit sosial," ujarnya pada Malam Gala Dinner dan Penganugerahan Tanda Penghargaan Bidang Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting, di Griya Agung, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa malam (4/7).
Acara ini merupakan rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional ke-30 dengan tema "Menuju Keluarga Bebas Stunting, Untuk Indonesia Maju.
Hadir dalam acara itu antara lain, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya, Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Hadir pula Bupati Banyuasin Askolani, para kepala daerah, bupati, walikota atau yang mewakili, para pejabat tinggi madya kementerian/lembaga, jajaran Forkopimda Provinsi Sumatera Selatan, Ketua Tim Penggerak PKK Pusat, Provinsi dan Kab/Kota.
Muhadjir mengatakan, masalah stunting merupakan masalah utama yang bisa membawa keluarga Indonesia mengalami neraka dunia. Masalah ini harus diperangi dan dituntaskan untuk menjadi negara maju.
“Saat ini, pemerintah terus menggencarkan upaya percepatan penurunan stunting di seluruh daerah, dengan target stunting nasional pada tahun 2024 menjadi 14 persen,” katanya.
Terkait dengan keluarga miskin di Indonesia, katanya, berdasarkan data BPS masih di atas 9 persen. Kemudian, berdasarkan data World Bank, keluarga Indonesia yang masuk dalam kategori miskin ekstrem masih sebesar 1,4 persen. Presiden Jokowi menargetkan supaya miskin ekstrem nasional mencapai 0 persen pada tahun 2024.
Adapun permasalahan penyakit sosial, Muhadjir menyampaikan, harus diwaspadai supaya keluarga terhindar dari neraka dunia, seperti masalah penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, serta pemikiran sesat dan ekstrem.
Dia mengatakan, mewujudkan keluarga bahagia penting karena keluarga adalah cerminan dari suatu negara. "Kenapa keluarga itu penting? Karena keluarga itu unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, keluarganya bahagia, maka negara itu otomatis secara teoritik juga akan bahagia," ujarnya.
Muhadjir juga memberikan apresiasi atas keberhasilan Provinsi Sumatera Selatan yang menjadi salah satu daerah dengan tingkat penurunan stunting tertinggi. Berdasarkan data SSGI 2022, prevalensi stunting di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 18,6 persen, angka ini turun sebesar 6,2 persen dibandingkan pada tahun 2021 sebesar 24,8 persen. Prevalensi stunting tersebut juga lebih rendah daripada nasional sebesar 21,6 persen.
"Saya memberikan apresiasi tinggi pada Gubernur Sumsel yang berhasil menurunkan stunting, bukan hanya dalam masalah penanganan stunting tapi penanganan kemiskinan ekstrem juga berhasil," ucapnya.