Jakarta, Gatra.com - Adaptasi dunia pendidikan di tengah arus perubahan teknologi akan memegang peran krusial terhadap pola pembelajaran di masa depan. Kemajuan teknologi harus bisa dimanfaatkan sebagai sebuah fasilitas yang bisa menunjang pembelajaran optimal. Perguruan tinggi menjadi lembaga yang paling diharapkan bisa mengakomodir kemajuan teknologi tersebut.
Perubahan teknologi dalam sektor pendidikan makin kencang arusnya tatkala pandemi Covid-19 melanda 2 tahun belakangan. Situasi tersebut memaksa dunia pendidikan tanah air untuk beradaptasi lebih cepat dengan penggunaan teknologi. Tak pelak, kondisi ini pun bak pedang bermata dua. Disatu sisi penggunaan teknologi dapat memfasilitasi pembelajaran, namun disisi lain tenaga pendidik dituntut untuk beradaptasi tentang pemanfaatan teknologi tersebut.
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Pelita Harapan (UPH) Eric Jobiliong, memandang, arah perubahan teknologi yang kian cepat menuntut institusi pendidikan untuk sigap beradaptasi. Perguruan tinggi misalnya, mereka harus secara simultan mulai memasukan fasilitas teknologi kebaruan dalam pola pembelajarannya. “Kalau tidak, kita akan ketinggalan karena teknologi terus berkembang,” ujar Eric dalam keterangannya, Sabtu (8/7).
Eric mengungkapkan, Salah satu tren saat ini adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ChatGPT, chatbot buatan OpenAI. Sejak dirilis pada November tahun lalu, ChatGPT diperkirakan memiliki lebih dari 100 juta pengguna secara global. Pertumbuhan aplikasi digital bahkan melompati sejumlah aplikasi media sosial, layaknya Instagram dan Snapchat.
Perubahan ini, cepat atau lambat akan menghampiri sektor pendidikan. Sehingga, institusi pendidikan perlu beradaptasi dan berinovasi. Kehadiran kecerdasan buatan, harus menjadi sebuah kebermanfaatan yang mendukung pola pembelajaran secara optimal kelak.
“Mahasiswa dan dosen pun harus terus belajar. Ketika terjadi perubahan akibat perkembangan teknologi seperti sekarang, kita harus mempelajarinya untuk bisa beradaptasi,” katanya.
Apalagi, Eric menyoroti perkembangan kecerdasan buatan telah mengubah hampir semua aspek kehidupan serta berdampak pada profesi-profesi yang ada saat ini dan masa depan. Berdasarkan laporan The Future of Jobs 2023 yang dikeluarkan World Economic Forum, 23 persen pekerjaan diperkirakan berubah pada 2027, dengan 69 juta pekerjaan baru diciptakan dan 83 juta pekerjaan tergantikan.
Oleh karenanya, Eric menyebut saat ini di UPH, upaya adaptasi terhadap perkembangan teknologi terus dilakukan. Salah satunya, dengan berinovasi melalui bidang studi dan metode belajar yang digunakan. Beberapa inisiatif dan pencapaian telah dilakukan UPH untuk mempersiapkan generasi muda yang unggul dan kompeten di berbagai bidang.
"Beberapa di antaranya menerapkan pendekatan center of excellence dengan melakukan clustering terhadap program studi yang dimiliki, yaitu Medicine and Health Sciences, Arts and Entertainment, Engineering and Computing, dan Social Sciences," tutur dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) Stephanie Riady, pun berharap UPH dapat menghadirkan pendidikan berkualitas dan relevan dengan kebutuhan saat ini dan masa depan. Menurut dia, dibutuhkan kerjasama banyak pihak untuk mewujudkan harapan itu.
”Tugas ini sangat besar dan kami sadar tidak dapat melakukannya sendirian. Karena itu, kami mengapresiasi kemitraan dan sinergi yang telah terjalin dalam memajukan pendidikan Indonesia,” ujarnya.