Jakarta, Gatra.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan angka stunting atau gizi buruk di Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan turun di bawah 14 persen pada 2024 mendatang.
Presiden menyebut saat ini angka stunting di Bengkulu menurun drastis dari 22% turun menjadi 18% per Juli 2023 ini. Ia juga berharap angka stunting di Bengkulu bisa turun di bawah 14% pada 2024 mendatang.
"Provinsi Bengkulu ada penurunan yang sangat baik dari 22 ke 18, ini berarti di Bengkulu, di Provinsi Bengkulu di bawah dari rata-rata nasional," kata Jokowi
saat meninjau kegiatan upaya penurunan stunting di kota Bengkulu, dikutip dari Youtube resmi Sekretariat Presiden pada Kamis (20/7).
Jokowi mengatakan, selain Bengkulu, Provinsi-provinsi lain juga diharapkan memberikan injeksi gizi yang baik untuk mengurangi dan mengantisipasi bertambahnya angka stunting secara nasional.
Baca Juga: 11.863 Balita di Sumsel Alami Stunting dan Gizi Buruk
"Iya tadi juga bagus. Ini memberikan protein yang tinggi, nugget belut itu bagus banget, saya lihat bagus banget. Saya kira inovasi-inovasi di daerah yang seperti ini yang kita lihat sangat bagus untuk mempercepat penurunan stunting di semua provinsi, kabupaten, dan kota, ya," ujarnya.
Jokowi mengatakan, penurunan standing juga bergantung dari partisipasi masyarakat, dan pihak swasta melalui donasi yang didapatkan untuk penanggulangan stunting.
Sebelumnya, Head of Agriculture Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta mengatakan berdasarkan data, Indeks Ketahanan Pangan Global 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat 84 untuk ketersediaan pangan dan 44 untuk keterjangkauan, lebih rendah dari negara tetangga seperti Thailand (77 dan 39), Vietnam (49 dan 38), dan Malaysia (56 dan 30) dari 113 negara.
Baca Juga: Kampanye Percepatan Penuntasan Stunting
Statistik terbaru menunjukkan jutaan orang Indonesia masih menderita kekurangan gizi. Sekitar 21 juta orang (sekitar 7% dari populasi) kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan sebesar 2.100 kkal.
Pada tahun 2022, sekitar 21,6% anak Indonesia berusia di bawah lima tahun mengalami stunting (rasio tinggi berbanding usia rendah), dan 7,7% menderita wasting (rasio berat badan berbanding tinggi badan rendah).
Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) terbaru yang berjudul Future Food Demand in Poor Indonesian District atau Proyeksi Kebutuhan Pangan di Daerah Miskin Indonesia memproyeksikan, permintaan pangan hingga tahun 2045 di 20 kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Di masa depan, permintaan pangan di wilayah termiskin tersebut diperkirakan masih berada di bawah standar asupan kalori harian untuk sumber karbohidrat, seperti beras, jagung, dan tepung gandum.
Baca Juga: Kasus Balita Gizi Buruk dan Stunting di Kupang Meningkat
Hal ini terlepas dari jumlah permintaan beras, jagung, dan tepung terigu di 20 kabupaten tersebut yang diproyeksikan meningkat setiap tahunnya sebesar 1,20% (beras), 1,27% (jagung), dan 6,24% (tepung terigu).
Hal ini juga diperkuat data BPS 2022 yang menunjukkan konsumsi beras nasional pada tahun 2021 mencapai sekitar 21,9 juta ton, meningkat 4,68% dibandingkan tahun 2020. Sementara itu, data serupa juga menunjukkan peningkatan konsumsi kedelai nasional di 2021 sebesar 0,79% dibandingkan 2020.