Home Ekonomi Riset Indef: 72,5% Netizen Pesimis Prabowo-Gibran Mampu Atasi Warisan Utang Jokowi

Riset Indef: 72,5% Netizen Pesimis Prabowo-Gibran Mampu Atasi Warisan Utang Jokowi

Jakarta, Gatra.com - Reset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) di sosial media menunjukan bahwa, sebanyak 72,5% Netizen merasa pesimis Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dapat menangani warisan utang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyanto menjelaskan, hal tersebut dikarenakan Netizen menganggap utang pemerintah dirasa sudah terlalu tinggi dan berpotensi semakin membengkak ke depannya.

“72,5% pesimis bahwa utang ini bisa ditanggani di pemerintah Prabowo-Gibran dalam 5 tahun mendatang. Ini menggambarkan bahwa para penggiat sosial media sudah merasa bahwa kondisi keuangan negara sudah terlalu buruk sehingga optimismenya menipis,” kata Eko dalam acara Diskusi Publik INDEF ‘Warisan Utang ke Pemerintahan Mendatang’ pada Kamis (4/7).

“Sebenarnya ini cukup rasional, inilah yang terjadi di sektor riil kemarin dan sektor keuangan. Kenapa kemudian ada APBN disodorkan kemudian defisitnya diperlebar, bukannya senang ekonomi akan tumbuh tinggi, yang terjadi justru kabur dan menahan diri, bahkan akhirnya gonjang-ganjing di perekonomian terjadi,” jelasnya.

Eko mengatakan, Netizen bahkan merasa khawatir negara akan kolaps karena utang beserta bunganya terlalu tinggi. Menurutnya, Netizen semakin pesimis terhadap kemampuan pemerintah untuk mengatasi utang yang melonjak.

Terlebih, defisit anggaran yang terus bertambah, bunga utang yang membengkak, serta dugaan korupsi dikalangan pejabat seolah menguatkan pandangan bahwa, pemerintah tidak mampu mengelola keuangan secara efektif.

Eko menjelaskan bahwa, ketidakpercayaan netizen terhadap langkah-langkah yang diambil Pemerintah tersebut, semakin menimbulkan kekhawatiran netizen semakin mendalam akan stabilitas ekonomi dan masa depan negara.


Di sisi lain, 27,5% netizen merasa optimis utang negara dapat dipangkas dengan cara menambah pendapatan negara. Publik menilai kebijakan-kebijakan terbaru saat ini sudah mengarah ke sana, seperti kebijakan peningkatan pajak.

Namun, kebijakan tersebut dianggap netizen berujung pada rakyat yang menanggung beban utang negara tersebut.

Untuk diketahui, Indef melakukan riset melalui sosial media X dimana terdapat 22,189 perbincangan mengenai utang negara di 18,997 akun media sosial pada kurun 15 Juni hingga 1 Juli 2024.

Adapun, keywords utang negara di Google trend dan Google Search dicari lebih dari 218.000 kali di google. Utang jatuh tempo menjadi salah satu penyebabnya.

Sebagai informasi, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, posisi utang pemerintah per akhir Mei 2024 tercatat sebesar Rp8.353,02 triliun.

Adapun jumlah utang tersebut meningkat Rp14,59 triliun dibandingkan posisi utang pada akhir April 2024 lalu sebesar Rp8.338,43 triliun.

Selaras dengan kebijakan umum pembiayaan utang untuk mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri dan memanfaatkan utang luar negeri sebagai pelengkap, mayoritas utang pemerintah berasal dari dalam negeri dengan proporsi 71,12%.

Sementara itu, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,71%. Adapun, nilai tersebut meningkat dari rasio utang terhadap PDB bulan sebelumnya sebesar 38,64%, namun lebih rendah dibanding Desember 2023 lalu sebesar 39,21%.

Kemudian, berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah sebagian besar berupa Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 87,96% dan pinjaman sebesar 12,04%.

73