Batam, Gatra.com - Wakapolda Kepri Brigjend Pol Asep Safrudin mengatakan, puluhan Warga Negara (WN) China memilih Batam sebagai markas melakukan penipuan lantaran dinilai memadai dalam segi infrastuktur digital. Batam yang merupakan daerah perbatasan dengan Singapura dan Malaysia, dirasa mujarab untuk pelarian.
"Mereka memilih Batam karena di daerah perbatasan negara, bila ada masalah atau dikejar pihak keamanan mudah melarikan diri ke luar negeri. Para pelaku love scamming ini diduga telah beroprasi sekitar 2 bulan. Penindakan ini merupakan koordinasi lintas instansi negara," katanya, Kamis (31/8) di Batam.
Asep menjelaskan, kejahatan Love Scamming yang dilakukan oleh 88 orang WN China adalah penipuan dan pemerasan dengan lawan jenis melalui Video Call Sex (VCS), kemudian korban diancam dengan video asusila yang dibuat bersama dan akan disebar ke media sosial oleh pelaku. Selama 2 bulan beraksi di Batam, diketahui omset sekitar Rp 20 miliar.
Baca juga: Polda Kepri Ringkus 88 WN China Terlibat Sindikat Scamming di Batam
"Kejahatan ini memainkan atau memanipulasi korban secara emosional dengan manfaatkan jalinan hubungan asmara di medsos yang disertai dengan ancaman dan lainnya. Biasanya para korban berasal dari negara asal para pelaku yang dinilai potensial untuk diperas secara finansial," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan pemeriksaan dan bukti yang disita, seluruh korban diketahui berada di Tiongkok, dengan kerugian bervariasi. Para WNA ini masuk ke Indonesia secara legal dan bertahap, melalui Pelabuhan dan Bandara dengan memanfaatkan dokumen perjalanan wisata.
Direktur Ditreskrimsus Polda Kepri Kombes Pol Nasriadi menjelaskan, modusnya para WNA ini melakukan video scamming melalui phone sex dan melakukan penipuan serta pemerasan terhadap korban melalui komunikasi dalam jaringan atau daring.
"Jadi para pelaku telah mengetahui pekerjaan yang akan dilakukan. Jadi mereka ini sudah tahu kalau mau melakukan pekerjaan seperti itu dan mereka juga sudah setuju sebelum datang ke Indonesia. Maka itu Kepolisian RI menggandeng Polisi China untuk melakukan penindakan," tegasnya.
Nasriadi memastikan pemeriksaan mendalam terhadap 88 orang WNA itu masih terus dilakukan, untuk mencari apakah ada WNI yg menjadi korban modus seperti ini supaya dilakukan proses sesuai hukum Indonesia. Selain itu, pihaknya akan mengejar siapa yang menyediakan fasilitas pendukung di tempat tersabut.