Jepara, Gatra.com - Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, menjadi daerah yang paling sukses menekan prevalensi stunting diantara enam kabupaten di Eks-Keresidenan Pati. Meski begitu, upaya untuk terus memerangi tengkes (stunting) di Kota Ukir terus digenjot.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Jepara, Edy Sujatmiko mengatakan, berdasarkan Survei Status Gini Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Jepara turun dari 25 persen pada tahun 2021 ke 18,2 persen. Angka ini terbaik di Eks-Keresidenan Pati.
"Berdasar e-PPGBM angka kita lebih kecil lagi. Tapi itu kita gunakan parsial di internal kita untuk mengukur kinerja penurunan," ujarnya usai Rakor Percepatan Penurunan Stunting di Hotel D Season Jepara, Rabu (1/11).
Keberhasilan penanganan sebelumnya itu, Edy mengungkapkan, kabupaten berjuluk Bumi Kartini memperoleh insentif fiskal sebesar Rp24,4 miliar. Iapun meminta desa dan kecamatan yang paling berhasil untuk membagikan best practice kiat sukses menekan tengkes.
"Harapan kami agar anak-anak yang masih dalam status stunting, segera terentaskan. Kita urus sebaik mungkin sebagai aset. Maksudnya, jika kita berhasil menekan stunting hingga angkanya seminimal mungkin, maka masa depan mereka dan Jepara akan lebih baik," kata Edy.
Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jepara, Moh Ali menambahkan, dalam cakupan kewilayahan, Desa Banyumanis (Donorojo) dan Kecamatan Mlonggo paling berhasil menekan stunting di Jepara.
"Rakor ini diikuti 100 peserta mulai dari perangkat daerah, camat, hingga desa, terutama 60 desa yang ditetapkan sebagai lokasi pilot project menuju desa zero stunting," ungkapnya.
Camat Mlonggo Sulistiyo mengatakan, di wilayahnya pada akhir tahun 2022 terdapat 373 kasus tengkes. Tapi kini berhasil dientaskan hingga tinggal 105. Petinggi Banyumanis, Subandrio menyebut, keberhasilan desanya menekan stunting dilakukan melalui program Cafe Baby Magizter, akronim dari Makanan Bergizi Terstandar.
"Dalam program ini, kader Posyandu melatih pembuatan makanan bergizi kepada ibu-ibu setempat, agar bisa membuat sendiri makanan tambahan untuk mengentaskan stunting," jelasnya.
Ditambahkan, saat diberikan kepada 600 anak sasaran di desa itu, program ini mampu menekan jumlah kasus dari 40 anak pada Maret 2022, menjadi tinggal 11 anak pada Agustus 2023.