Gaza, Gatra.com - Israel dan Hamas memulai gencatan senjata selama empat hari, dan akan membebaskan 13 sandera wanita dan anak-anak Israel, dimulai pada hari Jumat. Jeda perang ini sekaligus memberi ruang bantuan akan mengalir ke daerah kantong Gaza yang terkepung, sejak pertama perang yang telah berlangsung hampir tujuh minggu.
Reuters, Jumat (24/11), melaporkan, mediator dari Qatar mengatakan, gencatan senjata dimulai pada pukul 7 pagi (05.00 GMT), secara komprehensif di utara dan selatan Gaza, dan diikuti dengan pembebasan lebih dari 200 sandera oleh Hamas selama serangan 7 Oktober di Israel. Sebagai imbalannya, sejumlah tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel juga akan dibebaskan.
Pertempuran terus berkobar beberapa jam menjelang gencatan senjata, dan para pejabat di daerah kantong yang dikuasai Hamas mengatakan sebuah rumah sakit di Kota Gaza termasuk di antara sasaran yang dibom. Kedua belah pihak juga mengisyaratkan jeda sementara sebelum pertempuran dilanjutkan.
Pejabat kesehatan Gaza menyebut rumah sakit di Indonesia mengalami pemboman yang tiada henti, dan beroperasi tanpa penerangan listrik. Dipenuhi orang-orang lanjut usia yang terbaring di tempat tidur, serta anak-anak yang terlalu lemah untuk dipindahkan. Al-Jazeera mengutip Mounir El Barsh, direktur kementerian kesehatan Gaza, mengatakan seorang pasien, seorang wanita yang terluka, tewas dan tiga lainnya terluka.
“Bantuan tambahan akan mulai mengalir ke Gaza dan sandera pertama, termasuk wanita lanjut usia, akan dibebaskan pada pukul 4 sore (14.00 GMT), dengan jumlah total hingga menjadi 50 orang dalam empat hari,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari di Doha.
Mesir mengatakan 130.000 liter solar dan empat truk gas akan dikirim setiap hari ke Gaza ketika gencatan senjata dimulai, dan 200 truk bantuan akan memasuki Gaza setiap hari.
“Warga Palestina diperkirakan akan dibebaskan dari penjara Israel,” kata juru bicara Qatar kepada wartawan.
“Kami semua berharap gencatan senjata ini akan memberikan peluang untuk memulai upaya yang lebih luas dalam mencapai gencatan senjata permanen,” tambahnya.
Hamas mengkonfirmasi melalui saluran Telegramnya bahwa semua serangan dari pasukannya akan berhenti.
Gencatan Senjata Sementara
Juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida, merujuk pada “gencatan senjata sementara ini” dalam pesan videonya, menyerukan “eskalasi konfrontasi dengan (Israel) di semua lini perlawanan”, termasuk Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana kekerasan telah meningkat sejak perang Gaza meletus hampir tujuh minggu lalu.
Militer Israel mengatakan pasukannya akan tetap berada di belakang garis gencatan senjata di Gaza, tanpa memberikan rincian mengenai posisinya.
“Ini akan menjadi hari-hari yang rumit dan belum ada yang pasti,” kata juru bicara militer Israel, Daniel Hagari.
“Kontrol atas Gaza utara adalah langkah pertama dari perang yang panjang, dan kami sedang mempersiapkan tahap selanjutnya,” tambahnya.
“Israel telah menerima daftar awal sandera yang akan dibebaskan dan telah menghubungi keluarga mereka,” kata kantor perdana menteri Israel.
Israel melancarkan invasi dahsyat ke Gaza setelah orang-orang bersenjata dari Hamas menyerbu pagar perbatasan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang, menurut penghitungan Israel.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, Israel telah menghujani bom di daerah kantong kecil tersebut, menewaskan sekitar 14.000 warga Gaza, dan sekitar 40% di antaranya adalah anak-anak.
“Orang-orang kelelahan dan kehilangan harapan terhadap kemanusiaan,” kata Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini dari badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, pada hari Kamis setelah kunjungannya ke Gaza, setelah menyaksikan “penderitaan yang tak terkatakan” di wilayah tersebut.
“Mereka butuh istirahat, mereka berhak tidur tanpa khawatir apakah mereka bisa melewati malam itu. Ini adalah nilai minimum yang dapat dimiliki oleh siapa pun,” tambahnya.
Menjelang gencatan senjata, pertempuran menjadi lebih intens pada hari Kamis, dengan jet Israel menyerang lebih dari 300 sasaran dan tentara terlibat dalam pertempuran sengit di sekitar kamp pengungsi Jabalia di utara Kota Gaza.
Seorang juru bicara militer mengatakan operasi akan terus berlanjut sampai pasukan menerima perintah untuk berhenti.
Kekhawatiran internasional terfokus pada nasib rumah sakit, terutama di bagian utara Gaza, di mana semua fasilitas medis berhenti beroperasi karena pasien, staf, dan pengungsi terjebak di dalamnya.
Israel mengatakan pejuang Hamas menggunakan perumahan dan bangunan sipil lainnya, termasuk rumah sakit, sebagai perlindungan. Tuduhan yang tidak beralasan dibantah Hamas.