Surabaya, Gatra.com- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, menyatakan agenda Dialog Publik Muhammadiyah bersama Calon Presiden dan Wakil Presiden yang digelar di Surabaya dengan menghadirkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka digelar untuk membuka ruang komunikasi sekaligus juga diskusi yang bermakna tentang bagaimana membawa Indonesia lima tahun ke depan oleh capres dan cawapres yang akan berkontestasi dalam pemilu 2024.
Menurutnya, siapapun yang memperoleh mandat rakyat menjadi presiden tentunya memiliki amanat yang tidak ringan untuk memimpin 270 juta lebih rakyat Indonesia. Hal lainnya yang ia sampaikan adalah Presiden yang akan datang juga memiliki tugas terkait bagaimana untuk menyelamatkan dan juga membawa Indonesia dengan seluruh tanah air, kekayaan, sejarah bangsa dalam tempo ke depan sejalan dengan perjuangan Indonesia untuk menjadi negara merdeka yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
"Di mana tujuan cita-cita nasional kita adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang selain merdeka juga bersatu berdaulat, adil dan makmur yang dalam perspektif Muhammadiyah adalah Indonesia berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan," terangnya saat menyampaikan dalam dialog yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat (24/11) pagi.
Ia menjelaskan Muhammadiyah berpandangan bahwa kontestasi pemilu bukan sekadar wahana untuk mengambil hati rakyat dan nantinya menduduki jabatan pemerintahan. Lebih dari itu, menurutnya Muhammadiyah memandang pemilu dalam saat yang sama juga terkait bagaimana jabatan dalam pemerintahan ini, lebih-lebih sebagai presiden dan wakil presiden, membawa mandat yang se-utama-utamanya yang ia jabarkan dalam empat poin.
Pertama bagaimana mewujudkan visi misi dan cita cita nasional yang telah diletakkan fondasinya secara kokoh oleh para pendiri Indonesia dalam pembukaan dan batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 serta nilai dasar Pancasila sebagai fondasi konstitusi di dalam membawa Indonesia ke depan. Sehingga siapapun capres dan cawapres yang memperoleh mandat rakyat tidak bertindak dalam perspektif visi misi dan cita-cita sendiri atau pribadi.
Hal kedua yang menjadi harapan Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ketum PP Muhammadiyah itu adalah bahwa para capres dan cawapres selain menjalankan visi misi dan cita-cita konstitusi, juga dalam memimpin Indonesia ke depan benar-benar menjadi negarawan sejati.
"Bukan hanya sebagai kepala pemerintahan tapi juga kepala negara yang berdiri tegas, tegak lurus, di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan kepentingan-kepentingan sempit lainnya. (Pemimpin) yang mengutamakan sebesar-besarnya kepentingan rakyat, bangsa, dan negara republik Indonesia untuk dibawa menjadi negara yang berkemajuan dalam berbagai aspek secara nyata," terangnya.
"Kami percaya penghayatan terhadap sejarah, visi, misi, cita-cita nasional, sekaligus juga semangat untuk membawa Indonesia dengan jiwa kenegarawan harus dan telah terpupuk dalam diri para calon pemimpin bangsa di republik tercinta, termasuk untuk elit dan warga bangsa," lanjut Haedar Nashir.
Poin ketiga yang menjadi harapan Muhammadiyah adalah bahwa kontestasi pemilu 2024 harus dijaga bersama oleh seluruh elemen termasuk capres dan cawapres. Hal itu agar Pemilu yang akan datang berjalan jujur, bermartabat, beretika, serta menjunjung tinggi kebenaran, kebaikan, kepatutan. Sekaligus juga agar menjadi kontestasi demokrasi yang tegak lurus di atas konstitusi dan segala peraturan yang berlaku, tidak ada penyimpangan, serta dapat menjadi wahana yang mempersatukan bangsa.
"Pemilu dan kontestan politik yang berbeda tidak boleh menjadi tempat untuk meretakkan keutuhan bangsa dan kontestasi pemilu seberapapun perbedaan politik dan pilihan politik tidak menjadi tempat pertempuran politik yang hidup mati, yang mengoyak persatuan bangsa. Sungguh rugi jika karena pemilu kita pecah sebagai bangsa," terangnya.
Poin yang keempat Muhammadiyah berharap bagaimana lima tahun kedepan Indonesia semakin mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dan persoalan-persoalan berat bangsa dapat diurai satu persatu.
"Korupsi yang masif, dengan KPK yang lemah, kesenjangan sosial ekonomi, sumber daya alam yang masih banyak dieksploitasi demi investasi. Kemudian berbagai persoalan-persoalan lain termasuk utang negara yang berat dapat dihadapi bersama di bawah kepemimpinan pemimpin nasional dengan penuh pertanggungjawaban yang titih. Yakni pemimpin yang bisa menyelesaikan masalah secara tersistem," urainya.
Ia menyatakan bahwa siapapun nantinya yang terpilih, Presiden yang akan datang diharapkan mampu membawa Indonesia menjadi negara maju yang modern, negara besar, yang berdiri sejajar semartabat dan berdaulat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Sehingga Indonesia tidak menjadi negara objek investasi dan segala kepentingan-kepentingan politik luar negeri atau pihak lain yang boleh jadi tidak sejalan dengan semangat jiwa dan dasar-dasar konstitusi.
Terakhir Haedar juga berharap para pemimpin barisan depan baik di eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI dan Polri, dapat bersatu bekerja sama memobilisasi potensi untuk bagaimana Indonesia ke depan.
"Indonesia yang berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan tetapi di saat yang sama tetap berdiri tegak di atas kepribadiannya di mana agama Pancasila dan kebudayaan luhur bangsa menjadi nilai dasar kehidupan berindonesia. sehingga Indonesia di tengah kemajuan dan persaingannya dengan bangsa lain tetap memiliki jati diri yang kokoh dan menjadi distingtif dari kehadiran Indonesia di mata dunia. Maka jadilah para pemimpin bangsa yang berjiwa besar, bertradisi besar, dan membawa Indonesia menjadi negara besar yang berkemajuan," pungkasnya.