Batam, Gatra.com - Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), KKP RI, Laksamana Muda TNI Adin Nurawaluddin menyatakan, Indonesia dipastikan kehilangan potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) akibat aksi penyelundupan Benih Bening Lobster (BBL) ke luar negeri.
Menurutnya, berdasarkan penghitungan dari sumber daya kelautan dan perikanan terhadap potensi dari 11 daerah pengelolaan dan budidaya lobster yang jumlahnya mencapai 465.776.023 ekor. Dari jumlah ini, apabila dikelola dan diawasi dengan baik pemerintah dapat menyedot PNBP senilai hampir Rp 30 triliun.
"Modus operandi yang dilakukan para penyelundup BBL beragam dan berantai, biasa dilakukan mulai dari saat penangkapan BBL, pembudidayaan sampai dengan pendistribusian secara ilegal ke luar negeri. Biasanya nelayan yang menangkap dan pengepul tidak terdaftar, penyelundupan juga melalui Bandara dan Pelabuhan resmi di Indonesia," katanya, Jumat (1/12) di Batam.
Adin menilai, penyebab masih maraknya aktifitas penyelundupan BBL yaitu penanganan dan penindakan terhadap pelaku penyelundupan masih dilakukan secara parsial. Maka dari itu KKP melalui Ditjen PSDKP melaksanakan Apel Operasi Terkoordinasi Pengawasan dan Penindakan Penyelundupan BBL dengan 6 Instansi vertikal.
"Operasi ini untuk menguatkan lagi kerja sama antar Kementerian/Lembaga dalam pengawasan dan penindakkan hukum terhadap pelaku penyelundupan dan aktifitas ilegal, yang dapat menggangu kelestarian sumber daya BBL melalui pola tindak, operasi dan strategi pengawasan yang akan dibangun bersama," ujarnya.
Adin memastikan, operasi pengawasan penyelundupan BBL ini difokuskan, pada sektor lokasi penangkapan dan pengepul BBL. Sektor Operasi Pelabuhan Penyeberangan orang dan barang, serta operasi bandar udara dan sektor operasi patroli laut terpadu.
"Aktivitas penyelundupan BBL terbesar di Indonesia saat ini dilakukan ke negara Vietnam, melalui Singapura karena mereka membutuhkan benih lobster sebagai komoditas budidaya di negaranya. Jumlahnya mencapai 600 juta ekor, dengan nilai mencapai USD 3 miliar," tandasnya.