Beirut, Gatra.com - Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan mengatakan bahwa jika ingin melanjutkan pembicaraan dengan Israel mengenai pertukaran sandera dan tahanan lebih lanjut, harus dikaitkan dengan “penghentian agresi dan gencatan senjata.”
“Kami menegaskan bahwa dimulainya kembali perundingan pertukaran tahanan bergantung pada penghentian agresi dan gencatan senjata,” katanya kepada wartawan di Beirut.
“Sebelumnya, tidak ada diskusi tentang hal itu, ” tambahnya, dikutip The Associated Press, pada hari Minggu (3/12).
Hamdan mengatakan sikap keras kepala dan penundaan Israel meskipun ada upaya dari mediator – Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat – menyebabkan gagalnya gencatan senjata selama seminggu.
Kedua belah pihak saling menyalahkan atas tidak diperpanjangnya gencatan senjata, dan Israel mengklaim Hamas melanggar ketentuan gencatan senjata.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Hamas belum memenuhi kewajibannya untuk membebaskan semua sandera perempuan.
Baca Juga: Dua Puluh Tujuh Warga Sipil Tewas di Kota Rafah akibat Serangan Israel
Artikel ini telah tayang di halaman gatra.com dengan judul "Dua Puluh Tujuh Warga Sipil Tewas di Kota Rafah akibat Serangan Israel". Baca selengkapnya:
Hamdan mengatakan bahwa setelah beberapa pertukaran tahanan, Israel mengklaim bahwa Hamas masih memiliki perempuan Israel untuk dibebaskan, namun ia mengatakan daftar yang diserahkan berisi kombatan di militer Israel dan bukan warga sipil.
“Mereka semua adalah tentara perempuan yang ditangkap dari lokasi militer,” katanya.
Dia menambahkan bahwa para prajurit ini memiliki metode khusus dan mekanisme khusus, untuk melakukan pertukaran.
Harapan untuk gencatan senjata sementara di Gaza semakin memudar.