Home Lingkungan Prof. Martha Fani: Sungai Citarum untuk Ketahanan Nasional

Prof. Martha Fani: Sungai Citarum untuk Ketahanan Nasional

Jakarta, Gatra.com – Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Strategis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pandjadjaran (FEB Unpad), Prof. Dr.rer.nat. Martha Fani Cahyandito, S.E., M.Sc., mengatakan, Citarum merupakan sungai dan sumber kehidupan bukan hanya bagi warga Jawa Barat (Jabar), tetapi juga nasional.

“Citarum ini sangat krusial bagi kehidupan, tidak hanya kota-kota di Jabar, tetapi juga untuk skala nasional,” kata Prof. Fani dalam peluncuran bukunya “Citarum, Sungai untuk Kehidupan, Sungai untuk Ketahanan Nasional” di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia (RI), Jakarta, Kamis (21/12).

Ia menjelaskan, Sungai Citarum memiliki peran vital bagi kehidupan masyarakat Jabar dan bagi ketahanan nasional Indonesia, mulai dari pangan hingga energi karena menjadi pemasok air untuk tiga waduk, yakni Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Di sana ada PLTA yang memproduksi energi listrik untuk Pulau Jawa hingga Bali.

Prof. Fani menjelaskan, buku yang ditulis mulai tahun 2019 dan baru rampung pada 2022 serta diterbitkan pada tahun yang sama, ini berangkat dari keresahan atas rusaknya Sungai Citarum dari hulu hingga hilir.

Sungai Citarum terus mengalami degradasi akibat penggundulan hutan, alih fungsi lahan, pencemaran, serta maraknya kegiatan ekonomi yang bersifat eksploitatif dan tidak memerhatikan kaidah konservasi. Saat ini, kondisi sungai tersebut mulai membaik setelah sempat menjadi sungai paling kotor.

Buku setebal 123 halaman ini memaparkan berbagai masalah yang dihadapi Sungai Citarum, mulai dari segi ketahanan lingkungan, sosial-ekonomi, serta kebijakan publik yang melingkupinya.

Buku ini memaparkan berbagai persoalan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dalam konteks ketahanan lingkungan dan ketahanan nasional secara sederhana dan mudah dipahami. Contohnya mengenai kemiskinan, maraknya alih fungsi lahan, serta lemahnya pengelolaan ekosistem yang berujung pada degradasi ekologi.

“Permasalahan Sungai Citarum sangatlah kompleks, menyangkut permasalahan dari hulu sampai hilir sungai, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti masyarakat, baik itu petani, peternak, pelaku industri dan pariwisata, PLTA, PDAM, dan pemerintah,” katanya.

Buku ini juga berupaya menawarkan solusi untuk setiap dimensi persoalan yang di antaranya terkait dengan isu pembangunan sumber daya manusia, kebijakan publik yang berorientasi melindungi kepentingan lingkungan sosial, integrasi penataan interaksi desa dan kota berkelanjutan, sampai kompensasi jasa pelestarian lingkungan bagi masyarakat perdesaan.

Buku ini juga berupaya memberikan rekomendasi solusi bagi masalah-masalah tersebut menggunakan pendekatan komprehensif, dengan harapan lingkungan DAS Citarum bisa pulih serta memberi sumbangsih dalam mendukung ketahanan nasional di masa depan.

“Pembahasan Sungai Citarum perlu melibatkan berbagai disiplin keilmuan agar penyelesaian masalah di Sungai Citarum bersifat komprehensif,” katanya.

Pria yang juga mendapuk Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat tersebut mengharapkan buku “Citarum, Sungai untuk Kehidupan, Sungai untuk Ketahanan Nasional” memberikan prospektif baru untuk melestarikan dan merawat Citarum.

“Mudah-mudahan dengan buku ini kita punya prospektif yang agak berbeda dibanding buku lainnya. Mudah-mudahan buku ini melengkapi buku lainnya karena ada sudut pandang yang berbeda,” katanya.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc., mengatakan, buku ini ditulis dengan sangat baik karena menyajikan data dan menganalisa situasi di lapangan.

“Buku ini tidak hanya menjadi edukasi bagi masyarakat umum tetapi juga menjadi referensi bagi kami sebagai pembuat kebijakan. Semoga buku ini juga menjadi inspirasi bagi penulis buku yang lain untuk menulis tentang sungai-sungai lainnya di Indonesia,” katanya dalam acara peluncuran buku tersebut.

Sementara itu, Arief Yudo Wibowo mewakili pihak penerbit, PT Jaya Impian Abadi, menyampaikan, buku tentang Citarum ini adalah produksi buku keenam pihaknya. Selama ini, pihaknya menerbitkan buku mengenai wisata alam dan budaya dengan konsep coffee table book.

“Jika sebelumnya kami berbicara konservasi alam dari sisi keindahan alamnya, kini kami tertantang untuk membuat buku yang membicarakan konservasi alam dari permasalahan yang dialami, kerusakannya dengan pembahasan multi aspek di dalamnya,” kata dia.

Buku ini selain tersedia di toko-toko buku jaringan, akan disumbangkan ke seluruh perpustakaan di institusi pendidikan di seluruh Indonesia, agar menjadi referensi dan bahan edukasi bagi kalangan akademisi.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Fani menyerahkan buku “Citarum, Sungai untuk Kehidupan, Sungai untuk Ketahanan Nasional” kepada perwakilan Perpusnas RI.

79