Home Lingkungan Dirjen PPI KLHK: Tantangan Akan Makin Besar dan Beragam, Jangan Lengah

Dirjen PPI KLHK: Tantangan Akan Makin Besar dan Beragam, Jangan Lengah

Jakarta, Gatra.com - Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, luas lahan yang terbakar di Indonesia pada tahun ini bisa dibilang sangat rendah. Nyaris separuh dari tahun 2019.

Di tahun 2019 itu, luas lahan yang terbakar mencapai 1,6 juta hektar. Sementara tahun ini hanya berada di angka 994 ribu hektar. Padahal tahun ini, efek El-Nino dirasakan teramat besar.

Dari luasan areal terbakar periode Januari-Oktober 2023 tadi, Kalimantan Selatan menjadi pemantik angka terbesar; 187 ribu hektar.

Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanthi meminta semua pihak tidak lantas berpuas diri oleh capaian yang ada.

Sebab tantangan ke depan menurut dia, justru akan lebih besar dan beragam. Ini terasa pada tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya. Macam-macam musabab yang didapati di lapangan.

Hanya saja yang pasti, selain fenomena El-Nino, ulah manusia masih menjadi pemicu terbesar atas peristiwa kebakaran lahan yang akan terjadi.

"Kolaborasi, koordinasi dan komitmen antar sektor dan lintas organisasi maupun keilmuan, menjadi kunci keberhasilan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan," kata perempuan 58 tahun ini saat didapuk memberikan sambutan pada Evaluasi Kegiatan Tahun 2023 dan Penyusunan Rencana Pengendalian Karhutla Tahun 2024 di Malang, Jawa Timur, dua hari lalu.

Kepala Bidang Penanganan Konflik dan Kontijensi Konflik Kemenko Polhukam, Analis Keuangan Pusat dan Daerah Direktorat Perencanaan Anggaran Daerah Kemendagri, Kepala Bidang KSDAE Dinas Kehutanan Jawa Timur, dan Perencana Ahli Muda Biro Perencanaan KLHK menjadi narasumber di acara itu.

Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur, Kepala Balai PPI Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara, Kepala Bidang Teknis Balai Besar TNBTS, Analis Anggaran Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu, dan Penata Penanggulangan Ahli Muda BPBD Jawa Timur hadir sebagai penanggap.

Lebih jauh Magister Lingkungan University of Sussex, Brighton, United Kingdom mengingatkan, saat ini dunia sedang menghadapi krisis keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

Keadaan ini akan semakin parah kalau tidak ada upaya yang lebih serius untuk mencegahnya. "Untuk itu, saya berharap semua pihak menguatkan tekad, komitmen dan aksi nyata di lapangan," pintanya.

Penguatan basis keilmuan kata Laksmi sudah dilakukan melalui komitmen Indonesia dalam upaya mitigasi asap lintas batas. Momentum ini jangan disia-siakan, tapi justru patut dijadikan pemicu dan pemacu aksi pengendalian karhutla.

"Dengan semangat perbaikan yang terus menerus, mudah-mudahan tahun depan, semuanya menjadi lebih baik lagi. Baik secara kualitatif, kuantitatif dan kontinyuitas. Keindahan dan kelestarian alam perlu dikembalikan ke generasi mendatang dengan kondisi yang lebih baik," Laksmi berharap.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Thomas Nifinluri kemudian melaporkan bahwa tantangan tahun ini lebih tinggi ketimbang 2019 lalu.

"Langkah kerja pengendalian karhutla terdiri dari penyusunan target dan tujuan, penyusunan program dan kegiatan, mobilisasi sumberdaya, serta manajemen risiko," terang Thomas.

Prinsip dalam penyusunan rencana kerja menurut dia musti memenuhi aspek konsistensi, tepat sasaran, partisipatif, dan SMART (specific, measurable, achievable, rational, timebound).

"Tahun ini sudah ditindaklanjuti melalui supervisi pengendalian karhutla, manajemen sumber daya baik sarana prasarana dan sumber daya manusianya, termasuk penguatan peran serta brigdalkarhutla dan masyarakat, serta kinerja pengelolaan anggaran," ujar Thomas.


 

178