Home Pemilu 2024 Prabowo Yakin Indonesia Bisa Jadi Teladan Kerja Sama Selatan-Selatan

Prabowo Yakin Indonesia Bisa Jadi Teladan Kerja Sama Selatan-Selatan

Jakarta, Gatra.com - Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 2, Prabowo Subianto meyakini bahwa Indonesia harus dan bisa menjadi teladan kerjasama selatan-selatan bila ingin memimpin negara-negara anggota dari kerjasama tersebut. Prabowo pun menyebutkan terminologi “Ing Ngarso Sung Tulodo” (di depan menjadi contoh) ketika berbicara mengenai menjadi teladan kerjasama selatan-selatan.

"Saya kok banyak setuju dengan Pak Ganjar, ya. Kalau benar masuk akal, saya setuju. Kalau ngomong, ngomong, ngomong, ya kumaha, ya, jadi leadership, apakah negara, apakah perorangan, harus dengan contoh: Ing ngarso sung tulodo, kita memimpin, kita mau bawa agenda, kita mau cerita, itu cerita, omong, omon-omon, tak bisa," kata Prabowo Subianto saat debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1).

Prabowo mencatat bahwa beberapa negara anggota kerja sama Selatan-Selatan sedang mengarahkan perhatian mereka ke Indonesia karena Indonesia telah berhasil memberikan contoh dan menjadi model yang patut diikuti.

"Mengapa beberapa negara Selatan-Selatan saat ini tertarik pada Indonesia? Karena kita telah berhasil membangun ekonomi kita," kata Prabowo.

"Tidak hanya sekadar kata-kata kosong, tapi tindakan nyata yang kita lakukan. Bukan hanya berbicara, tapi juga bekerja keras untuk mencapainya,” tegasnya.

Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) adalah konsep yang berkembang dari upaya kerjasama antara negara-negara berkembang yang dimulai pada Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955. KAA merupakan titik awal bagi perkembangan KSS ini.

Pada saat itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menggambarkannya sebagai "konferensi pertama dalam sejarah manusia yang menghadirkan bangsa-bangsa dengan kulit berwarna dari dua benua yang berbeda."

Apabila merujuk pada masa kini, maka BRICS merupakan salah satu implementasi revitalisasi KAA Bandung 1955. Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang didukung secara serius untuk menjadi anggota BRICS.

Menurut laporan yang disampaikan oleh media Rusia, Vedomosti, pada Selasa (22/4/2023), terdapat peluang besar bagi Arab Saudi dan Indonesia untuk menjadi anggota baru dalam BRICS.

Seorang peneliti dari BRICS+ Analytics, Yaroslav Lisovolik, mengungkapkan bahwa BRICS saat ini belum memiliki perwakilan dari wilayah Asia Tenggara dan Timur Tengah. Padahal, kedua wilayah ini semakin memiliki peran yang signifikan dalam konteks global. Jakarta dan Riyadh dianggap sebagai kekuatan utama di kedua wilayah tersebut.

Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia diperhitungkan di forum Internasional dan secara positif diperebutkan karena miliki nilai tawar yang berkualitas. Namun, keikutsertaan Indonesia dalam suatu kelompok internasional harus dilihat dari kacamata kepentingan nasional.

Hal ini dijelaskan oleh Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang mengonfirmasi bahwa Indonesia masih melakukan kajian mengenai manfaat bergabung dengan BRICS.

“Politik luar negeri itu selalu kita hitung. Jadi tidak ada keputusan yang begitu saja dikeluarkan. Jadi itu adalah posisi dasar kita terapkan pada saat kita menimbang untuk masuk di dalam satu organisasi internasional seperti BRICS ini,” kata Retno dalam acara Diskusi Kilas Balik Diplomasi Indonesia pada Kamis (4/1) di Menteng, Jakarta Pusat.

Ketika menjawab pertanyaan panelis debat mengenai kerjasama selatan-selatan, Prabowo Subianto menjelaskan secara positif bahwa Ia meyakini Indonesia dapat menjadi pemimpin dan teladan kerjasama selatan-selatan apabila memiliki perekonomian yang kuat.

36