Jakarta, Gatra.com – PB Djarum menghelat outbound yang diikuti 85 atletnya dari usia (U)-11 hingga U-17 di Zone 235 Cikole, Lembang, Bandung, Jawa Barat (Jabar). Outbound ini untuk menempa dan mematangkan mental atau psikologis mereka agar siap mengatasi lawan di arena pertandingan.
Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation yang juga Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, dalam keterangan pers, Jumat (12/1), menyampaikan, pahlawan bulu tangkis tidak hanya lahir melalui bakat dan teknik yang mumpuni di atas lapangan semata, namun juga memiliki psikologi yang matang ketika mengatasi lawan di arena pertandingan.
Untuk itu, lanjut Yoppy, demi mematangkan psikologis atlet, pihaknya secara berkala menyelenggarakan outbound sebagai salah satu upaya pembangunan karakter agar para atlet mempunyai bekal yang kokoh dari sisi psikologis.
“Ini penting, karena saat bertanding, aspek psikologis itu punya pengaruh besar agar si atlet bisa menang dan membawa gelar juara,” ujar Yoppy.
Ia menjelaskan, outbound yang berlangsung selama empat hari mulai Rabu–Sabtu (10–13/1) tersebut, merupakan bagian dari upaya mencetak para pebulu tangkis masa depan Indonesia yang memiliki karakter tangguh demi mendulang prestasi di gelanggang olahraga dunia.
Ia mengungkapkan, dalam beberapa situasi, aspek psikologis bahkan bisa menjadi penentu kemenangan bagi seorang atlet. Contohnya ialah ketika bertemu lawan berat di babak krusial. Hingga atmosfer pertandingan yang tidak bersahabat seperti dukungan penonton lawan yang bergemuruh di atas tribun.
“Ini semua tentang psikologis atlet bagaimana agar mentalnya tetap kuat, tetap konsentrasi sehingga bisa konsisten mengeluarkan kemampuan terbaik dan menjadi juara,” katanya.
Untuk itu, melalui kegiatan mancakrida yang diselenggarakan selama empat hari di alam terbuka tersebut, para atlet akan ditempa untuk bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda dari kehidupan keseharian mereka ketika berada di asrama. Pebulutangkis muda ini juga ‘digembleng’ guna menumbuhkan sikap kemandirian, disiplin, pantang menyerah hingga kemampuan mengelola emosi diri.
“Bila biasanya mereka tinggal di asrama dengan seluruh fasilitasnya, atau tinggal di hotel ketika mengikuti kejuaraan, kini mereka kami bawa ke alam terbuka,” katanya.
Para atlet tidur di barak dan mengikuti berbagai kegiatan yang menantang. Ini akan menuntut mereka memiliki kemampuan adaptasi dan menumbuhkan sikap kemandirian serta disiplin. Aspek-aspek tersebut diharapkan muncul karena itu akan berguna ketika mereka bertanding nanti.
Di alam terbuka tersebut, para atlet akan mengikuti sebanyak sembilan games, di antaranya Sky Run, Walking in The Sky, Blindman Walking, dan Double Rope Bridge. Sejumlah games seru dan menantang ini akan melatih para atlet dalam berkomunikasi dengan rekan satu tim, membangun kekompakan, serta menambah disiplin diri.
Sebanyak 85 atlet tersebut dibagi menjadi 9–10 kelompok, yang terdiri dari 7 sampai 11 peserta setiap kelompoknya. Tak hanya harus menyelesaikan games, mereka juga ditantang untuk melakukan hiking ke Tangkuban Perahu guna menguji stamina dan endurance masing-masing atlet.
Berfokus pada pengembangan psikologi atlet, dalam kegiatan ini Djarum Foundation dan PB Djarum bekerja sama dengan Pusat Inovasi Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang akan mengamati kondisi psikologis para atlet selama outbound berlangsung. Pemantauan intensif akan dilakukan dengan melibatkan 19 psikolog dengan masing-masing dua psikolog di setiap kelompok sebagai observer.
Psikolog di Bidang Layanan Asesmen & Intervensi dari Pusat Inovasi Psikologi Unpad Bandung, Rt. Annissa Apsyari, mengatakan, observer bertindak untuk mengamati kondisi psikologis para atlet, di antaranya kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, stabilitas emosi, resiliensi, daya tahan terhadap tekanan, dan kerja sama.
Annissa mengungkapkan, berdasarkan observasi psikologi yang dilakukan pihaknya, diperoleh gambaran kondisi psikologis para atlet dalam mengatasi tantangan dan melakukan pengembangan diri.
“Melalui serangkaian simulasi/games tersebut, akan diamati bagaimana para atlet menghadapi tantangan dan mencoba beradaptasi serta bangkit dari kondisi yang tidak sesuai dengan harapan,” ujarnya.
Setelah melakukan simulasi atau games, lanjut Annissa, sesi diskusi akan dilakukan antara psikolog dan para atlet untuk memperdalam aspek psikologis, sehingga dapat menjadi masukan untuk perkembangan para atlet dalam bertanding dan berprestasi di bidangnya.
Annissa menyatakan bahwa kondisi psikologis menjadi aspek penting yang memengaruhi seorang atlet mencapai hasil optimal, baik dalam proses latihan maupun dalam pertandingan.
“Resiliensi dan daya tahan terhadap stres menjadi faktor yang penting sebagai penggerak bagi para atlet agar mereka memiliki daya juang yang tinggi untuk berlatih dan menjadi juara,” katanya.
Menurut Annissa, pihaknya mengharapkan melalui rangkaian kegiatan ini, para atlet muda bisa memetik pembelajaran penting yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ketika meniti tangga menjadi atlet profesional.
Salah satu atlet yang menjadi peserta ialah Gavriel Aldrich Alharon Labatar dari kelompok usia U-11. Ia antusias mengikuti rangkaian outbound bersama rekan satu klubnya. Selain menjadi ajang refreshing di tengah rutinitas latihan dan pertandingan, ajang ini juga menjadi pengembangan diri untuknya, baik dari segi mental maupun fisik.
“Saya baru pertama kali mengikuti outbound seperti ini. Ternyata sangat seru dan mengasyikan, serta games-games-nya menarik juga menantang. Beberapa permainan yang kami ikuti juga membuat kekompakan tim lebih tinggi dan menambah daya juang,” ucap atlet yang akrab disapa Gava tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh atlet putri U-15 PB Djarum, Hani Miftasari. Meski harus menguras fisik dengan berbagai tantangan dari setiap games yang dijalani dan tidur di barak, Runner-up Sirnas A DKI Jakarta 2023 ini banyak mengambil pembelajaran.
“Sangat menantang ya mengikuti outbound PB Djarum ini. Selain banyak permainan menantang mulai dari melewati jembatan tali, badan penuh lumpur dan hujan-hujanan, kami juga tidur di barak yang cukup dingin. Meski begitu menurut saya seru dan penuh kenangan,” kata Hani.