Jakarta, Gatra.com– Belakangan ini, terdapat isu yang menggemparkan industri ERP Indonesia dan dunia. Pasalnya, dilansir dari Department of Justice Amerika Serikat (DOJ US), terdapat perusahaan ERP asal Jerman didenda sebesar USD 220 juta atau setara Rp 3,4 triliun (Kurs 23 jan 2024) karena terbukti melakukan praktik suap ke pejabat publik Afrika Selatan, dan Indonesia.
Pada dokumen penyelidikan, praktik suap yang dilakukan berupa pemenuhan kebutuhan pejabat di Afrika Selatan dan Indonesia dalam bentuk uang tunai, sumbangan politik, transfer elektronik hingga beragam barang mewah. Dalam konteks Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih terus menyelidiki kasus ini yang melibatkan beberapa instansi pemerintah dan perusahaan plat merah.
Berdasarkan keterangan tertulis Divisi Pidana Departemen Kehakiman, asisten Jaksa Agung, Nicole M. Argentieri berkata bahwa perusahaan ERP Jerman memberikan suap kepada pejabat di perusahaan milik negara di Afrika Selatan dan Indonesia untuk mendapatkan bisnis pemerintah. Maka, terdapat kemungkinan digitalisasi yang diimplementasikan belum tentu didasari oleh kemampuan sistem untuk mendukung perkembangan instansi atau bisnis.
Baca juga: Jaksa Ungkap Aliran Dana Suap Hasbi Hasan Sebesar Rp 11,2 Miliar
Pasar ERP sangat beragam, maka dari itu penting untuk memilih sistem dari mitra yang dapat dipercaya agar para penggunanya bisa memastikan keberlangsungan bisnis. Lusiana Lu, Business Development Director dari HashMicro membenarkan hal tersebut. Menurutnya, memilih ERP adalah keputusan strategis yang harus diperhatikan banyak aspek di dalamnya.
“Risiko dari pemilihan mitra ERP yang tidak tepat sangatlah beragam dan dapat memberikan dampak negatif yang signifikan bagi bisnis. Untuk itu, perlu persiapan matang dari perusahaan dan penilaian mendalam terhadap mitra yang dituju,” ujar Lusiana dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (26/1).
HashMicro juga telah merangkum tiga risiko utama yang terjadi ketika perusahaan memilih mitra yang tidak tepat:
Pertama, ERP yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis. Setiap perusahaan memiliki keunikan pada bisnisnya, dan memilih ERP yang tidak sesuai dapat menyebabkan ketidakcocokan terhadap operasi bisnis yang dijalankan. Pemilihan mitra ERP yang tidak memahami sepenuhnya kebutuhan bisnis dapat menghasilkan solusi yang kurang efektif dan dapat menimbulkan kerugian finansial.
Kedua, kerugian finansial. Ada kemungkinan mitra ERP yang tidak tepat akan menyembunyikan biaya-biaya yang tidak terduga. Seperti contoh, pada saat pertemuan pertama, sistem tampak seperti solusi ERP yang terjangkau, tetapi setelah implementasi dapat menjadi sangat mahal ketika melakukan upgrade. Pemilihan sistem ERP yang tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis juga dapat merugikan penggunanya. Karena, sistem yang tidak mampu mendukung proses bisnis dengan baik dapat mengurangi nilai investasi.
Baca juga: Perusahaan di Jerman Suap Pejabat Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan Siap Diperiksa
Ketiga, sistem ERP yang diimplementasi tidak bertahan lama. Salah memilih ERP yang tidak memiliki skalabilitas akan membuat perusahaan pengguna harus mencari sistem ERP lain yang dapat mendukung perkembangan bisnisnya. Karena pada dasarnya ERP harus memiliki kemampuan untuk membantu sebuah bisnis berkembang secara optimal dan efisien.
Yang tidak dimiliki oleh banyak ERP lain adalah kemampuan ERP untuk ikut berkembang menyesuaikan pertumbuhan bisnis penggunanya. Semakin berkembang bisnis, semakin banyak kebutuhan yang harus bisa dikerjakan oleh ERP, jika tidak, perusahaan pengguna harus mengganti sistem ERP sehingga perusahaan harus melakukan investasi baik secara finansial dan waktu untuk mengganti mitra ERPnya.
Menurut HashMicro, risiko-risiko ini dapat dihindari dengan melakukan evaluasi mendalam terhadap kemampuan dan reputasi mitra ERP sebelum membuat keputusan. "Sebelum memilih mitra ERP, penting untuk melakukan penelitian menyeluruh, termasuk mengevaluasi rekam jejak, kestabilan keuangan, dan tingkat kepuasan pelanggan dari mitra tersebut," tambah Lusiana.
Sebagai tambahan, HashMicro juga menyarankan agar calon pengguna ERP aktif berkomunikasi dengan mitra potensial, mengajukan pertanyaan terkait pengalaman sebelumnya, dan meminta referensi dari klien yang sudah menggunakan layanan mereka. Proses ini membantu untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan mitra ERP dalam menangani proyek implementasi dan memberikan dukungan setelahnya.
Melalui momentum ini, HashMicro mengajak seluruh pemangku kepentingan bisnis untuk lebih waspada dan proaktif dalam mengelola risiko terkait pemilihan mitra ERP. Keputusan yang tepat dalam pemilihan ERP dapat menjadi investasi jangka panjang yang memberikan nilai tambah signifikan bagi perusahaan.