Home Nasional Supaya NU Tak Jadi Layangan Putus, Ketum PBNU Paparkan 5 Strategi Transformasi di Harlah ke-101

Supaya NU Tak Jadi Layangan Putus, Ketum PBNU Paparkan 5 Strategi Transformasi di Harlah ke-101

Bantul, Gatra.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya meminta peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-101 NU menjadi penanda transformasi organisasi di masa depan.

PBNU telah menyiapkan lima strategi transformasi konstruksi organisasi agar kinerjanya tidak seperti mengejar layangan putus.

“Harlah NU ke-101 kita jadikan penanda untuk terus beristighatsah dengan cara apapun yang mungkin demi maslahat NU, demi maslahat Islam, demi maslahat negara bangsa Republik Indonesia, demi maslahat kemanusiaan seluruhnya,” kata Gus Yahya, Senin (29/1).

Hari ini Gus Yahya resmi membuka Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, Yogyakarta.

Dirinya meminta para pengurus NU mengubah upaya kerja untuk hasil yang strategis mengingat tanggungan organisasi tidak kecil dalam menghadapi tantangan zaman. Ada lima strategi dalam mencapai cita-cita transformasi konstruksi organisasi.

Pertama, dibutuhkan tata laksana organisasi, termasuk strategi digitalisasi organisasi. Menurutnya, digitalisasi merupakan upaya fundamental sebagai strategi tata laksana organisasi.

Kedua, melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kapasitas yang mumpuni. Hal ini dilakukan melalui pelatihan kader NU melalui melakukan perbaikan kapasitas sumber daya pengurus.

Kemudian, hal lain yang perlu dilakukan untuk menuju visi transformasi itu adalah perlunya ketahanan keuangan yang independen dan mandiri serta terjaga kesinambungannya.

"Kita harus membangun satu ketahanan keuangan. Kita punya kapasitas keuangan independen sustainable. Kapasitas keuangan mandiri yang tidak bergantung pada orang lain, tapi lumintu berkesinambungan jangka panjang. Saat ini sedang mengupayakan pengembangan kapasitas finansial," katanya.

Gus Yahya juga menyampaikan perlunya model aktivisme baru guna mengukuhkan kehadiran NU dalam kehidupan masyarakat. Melalui model ini, upaya dakwah, baik di dalam maupun luar negeri, akan berguna nyata membawa kemaslahatan.

Strategi lain yaitu pengembangan kapasitas organisasi mengikuti laju dan mengantisipasi masa depan yang semakin menekan, makin cepat, dan membuat tidak bisa leha-leha. Lima strategi baginya harus nyata diterapkan dalam menjalankan kinerja supaya tidak seperti mengejar layangan putus.

“Mengejar layangan putus hanya senang turut ramai-ramai, tetapi susah untuk memperoleh hasil. Kalaupun didapat layangan itu, tetapi banyak yang merebutnya sehingga rusak tidak berguna,” tegasnya.

Jika transformasi ini berhasil, NU akan berperan nyata di tengah dinamika pertarungan kepentingan di antara sejumlah kelompok berbeda yang terus bergulir mulai tingkat lokal, domestik, hingga global.

Gus Yahya juga mengingatkan segenap pengurus, khususnya tanfidziyah untuk senantiasa memperhatikan disiplin organisasi dengan mengikuti secara tegas, secara teguh sam'an wa tha'atan, kepada keputusan kepemimpinan. Sebab, kepemimpinan organisasi merupakan hakim yang menyelesaikan perbedaan apapun.

"NU ini didirikan sebagai satu fungsi hakim yang bisa mempersatukan perbedaan apapun yang terjadi di kalangan umat ini dalam kerangka ahlussunnah wal jamaah," katanya.

26