Home Lingkungan Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia Semakin Berat dan Kompleks, Ini Sebabnya

Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia Semakin Berat dan Kompleks, Ini Sebabnya

Semarang, Gatra.com - Pengelolaan sumber daya air (SDA) di Indonesia ke depan semakin berat dan kompleks, karena berkaitan dengan fenomen kerusakan lingkungan di hulu.

Kerusakan lingkungan akibat perubahan tata guna lahan di bagian hulu diperparah dengan adanya perubahan iklim global menyebabkan cuaca ekstrem membawa dampak terjadinya banjir di wilayah hilir.

Hal ini disampaikan Sekretaris Umum Himpunan Ahli Teknik Hidrolik Indonesia (Sekum HATHI), Dr. M Adek Rizaldi, kepada wartawan di sela-sela pelantikan dan serah terima pengurus HATHI Jateng periode 2023-2026 di Auditorium Politeknik Pekerjaan Umum di Semarang, Rabu (31/1).

“Kerusakan lingkungan di hulu dan perubahan iklim ini menyebab siklus hidrologi menjadi terganggu, karena air yang terserap ke tanah saat hujan berkurang sehingga terjadi banjir,” katanya.

Menurut Adek, idealnya saat turun hujan air yang terserap masuk ke dalam tanah sebesar 70 persen dan 30 persen mengalir ke sungai sampai ke laut.

Namun, saat ini yang terjadi air hujan yang masuk ke tanah 30 persen dan yang mengalir ke sungai sebesar 70 persen. Sungai tidak mampu menampung debit air, meluap kemusian terjadi banjir.

“Daerah tangkapan-tangkapan air di kawasan hulu sudah berkurang, karena telah menjadi permukiman warga, sehingga air hujan tak masuk ke tanah. Mengalir masuk ke sungai 70 persen, tak mampu menjadi meluap dan banjir,” ujarnya.

Adek meminta agar HATHI Jawa Tengah (Jateng) bisa memberikan kontribusi terkait isu-isu masalah pengelolaan sumber daya air, mengingat beberapa wilayah Jateng dominan kerap terjadi banjir.

“Mudah-mudahan di bawah ketua HATHI Jateng yang baru Harya Muldianto mampu mengoordinasikan semua komponen sehingga masalah-masalah pengelolaan sumber daya air ke depan dapat dikurangi. Kalau banjir dihilangkan tak akan bisa,” katanya.

Banjir, imbuh Adek, tak bisa dihilangkan karena masalah lingkungan sudah lama, puluhan tahun. Banjir yang terjadi sekarang adalah dampaknya.

“Kita ini bagian yang menerima dampak dari kerusakan lingkingan puluhan tahun lalu,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua HATHI Jateng, Dr. Harya Muldianto, mengatakan, masalah sumber daya air di Jateng ada tiga, yakni kelebihan, kekurangan, dan kualitas air.

Kelebihan air, spesifik adalah banjir karena air hujan melimpah dari sungai karena tidak mampu menampung debit air serta banjir rob akibat air pasang laut.

“HATHI yang beranggota bermacam profesi ada akademisi, praktisi, dan aparatur sipil negara akan berkolaborasi mencari solusi menangani banjir,” kata Harya.

Dia menambahkan, untuk mencari solusi banjir, setelah pelantikan pengurus HATHI Jateng dilanjutkan dengan seminar dan FGD dengan tema “Solusi Penanganan Banjir dan Rob Kota Semarang Berbasis Partisipasi.”

“Seminar dan FGD diikuti praktisi, baik struktural dan nonstruktural serta komunitas masyarakat peduli sungai,” katanya.

105