Jakarta, Gatra.com - Perjalanan seorang Lt.Gen. Rantastia dimulai tahun 2003. Ketika itu Rantastia bertemu dengan salah satu anggota pejuang sejarah kemerdekaan BRM Hario Budiono adalah Tokoh pejuang (Tentara PETA) yang sangat dekat dengan Soekarno.
Kebetulan sejak tahun 2003, Rantastia menjadi sekretaris BRM Hario Budiono yang dalam menjalankan misi Surat Keputusan Presiden Sukarno tentang Doktrin Perjuangan Tri Sandhy Gajah Kencana No 013/PPTAPRI/SKR/III/50, yang kemudian dilebur menjadi BIP 45 (Badan Intelijen Pejuang 1945) oleh Jenderal Pur (TNI) GPH. Cokrodiningrat Mantan Sekretaris Militer Bung Karno.
Ketika itu, Jenderal Pur (TNI) GPH. Cokrodiningrat mengangkat BRM Hario Budiono sebagai Pimpinan BIP 45 didampingi Rantastia sebagai Sekretarisnya. Dengan menjalankan BIP 45 maka otomatis menjalankan wasiat Bung Karno yang diamanatkan kepada BRM Hario Budiono, wasiatnya itu adalah menjalankan misi The Yunan Agreement tahun 1957, yaitu Perjanjian untuk Stabilitas Perekonomian sebagai pijakan untuk Perdamaian dunia.
Wasiat ini terkait dengan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang ada di Tiongkok. Dimana Tiongkok adalah salah satu pendiri PBB selain Amerika, Rusia, Perancis dan Inggris yaitu negara negara yang menang Perang Dunia ke 2. Maka dari itu The Yunan Agreement sangat erat kaitannya dengan Tiongkok.
Pada tahun 2010, ada seorang utusan dari Tiongkok menghubungi BRM Hario Budiono untuk bertemu dengan Jenderal Allen Neoh di Shenshen. Maka segeralah berangkat BRM Hario Budiono dan Rantastia memenuhi undangan dari Jenderal Allen Neoh dikenal sebagai Tokoh Militer yang sangat dihormati di Tiongkok, dan merupakan Representatif dari Kerajaan Inggris yang dipimpin oleh Queen Elizabeth II.
Singkat cerita, BRM Hario Budiono bersama Rantastia bertemu dengan Jenderal Allen Neoh membahas The Yunan Agreement. Pembahasan itu berlangsung setiap bulan. Dan pada akhirnya kesepakatan dari perwakilan negara negara di kawasan Asia Pasifik dibentuk organisasi militer bernama United Nations Peace Keeping Forces Council.
Selama 5 tahun, Rantastia bersama BRM Hario Budiono mondar-mandir ke Tiongkok dalam rangka pemusatan pendidikan/latihan dan sekaligus ditugaskan sebagai anggota United Nations Peace Keeping Forces Council. Dari sinilah Rantastia ikut terlibat dalam latihan dan tugas sebagai Diplomatik Militer bersama dengan 15 orang dari Asia Pasifik.
Sejak saat itulah Rantastia berkembang pesat sampai mendapat pangkat Kolonel dan terus melaju akhirnya mendapat pangkat Letjen diberikan oleh Jenderal Allen Neoh yang disaksikan oleh BRM Hario Budiono.
Tak diduga, tahun 2015 mendapat penghargaan Sertifikat Special Forces Combative dari Amerika. Setelah itu tahun 2016, BRM Hario Budiono meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Maka perjuangannya digantikan oleh Rantastia untuk terus mengumandangkan misi Tri Sandhy Gajah Kencana. Bersamaan tahun 2016 Rantastia untuk pertama diundang ke Markas Besar PBB di New York, Amerika.
Kemudian ditahun yang sama pula Rantastia diundang ke Gedung Putih Washington dalam rangka Pelantikan Donald Trump. Tetapi dalam suatu hal Rantastia tidak sempat hadir. Sejak itu Rantastia langganan mendapat undangan dari berbagai organisasi dunia terutama dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) hingga sampai sekarang.
Kemudian, tahun 2017, setelah mendapat modal dalam pendidikan diplomat kemeliteran Rantastia bergabung dengan pasukan kemanusiaan bernama CSLI (Corps Saint Lazarus International) di bawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dari Austria. Otomatis Rantastia harus menyesuaikan diri dalam menjalankan tugas dan sekaligus ikut pelatihan bersama para anggota yang lainnya dalam menjalankan misi Kemanusiaan hingga tahun 2021.
Disamping itu pada tahun 2018 Rantastia bermodalkan pengalaman di Shenshen bergabung menjadi anggota SPIA (Soldiers of Peace International Association) di bawah naungan PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Kemudian Laurent Attar Bay Rou mengangkat Rantastia sebagai koordinator SPIA di Indonesia hingga sampai sekarang.
Setahun kemudian yaitu tahun 2019, Rantastia mendapat penghargaan Presidential Active Life Style Award dari Amerika. Ditahun yang sama 2019. Rantastia bergabung sebagai anggota ISMLLW (International Society For Military Law and The Law of War) hingga sampai sekarang.
Kemudian tahun 2020 Rantastia bergabung menjadi anggota RSSG (the Royal Society of St George) di bawah naungan kekuasaan Queen Elizabeth II hingga sampai sekarang. Kemudian perjalanannya pada tahun 2021 bergabung bersama tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh di Thailand bernama Aphinita Chaichana dalam misi Kemanusian membentuk UNPKFC (United Peace Keepers Federal Council) hingga sampai sekarang.
Pada tahun 2021 Rantastia Juga aktif dalam kegiatan UNHCR. Tidak sampai disitu tahun 2022 Rantastia bergabung menjadi anggota FRME (Federation Royale de Militaires Etranger). Belum lama tahun 2023 Rantastia menghadiri HLPF (High Level Political Forum) di markas besar PBB di New York, Amerika.
Dalam perjalanan kemeliterannya Rantastia mendapat berbagai penghargaan medali tanda Jasa di antaranya dari: President's Volunteer Service Awards Amerika, Wings dan Brevet dari Royal Thai Army Ranger Soldier Special Forces, dan berbagai penghargaan Inggris, Malaysia, Austria, Belgia, Amerika. Thailand, Philipina, Korea, Vatikan dan Jerman.
Menurut Rantastia, segala sesuatu perjuangan yang dilakukan dengan niat dan tulus Ikhlas akan mendapat pertolongan langsung dari Tuhan. “Pada saat kita sedang mengalami dan menghadapi permasalahan walaupun besar sekalipun, tapi tanpa diduga permasalahan itu dapat diselesaikan dengan baik,” pungkasnya.