Yogyakarta, Gatra.com - Angka pernikanan di Indonesia mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir. Dalam laporan yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di tahun 2023 angka pernikahan mencapai 1,58 Juta. Angka ini mengalami penurunan 7,51% dibandingkan tahun sebelumnya.
Catatan angka pernikahan tertinggi diketahui sebesar 2,21 Juta pernikahan di tahun 2013, hampir sedekade lalu. Sempat mengalami fluktuasi, namun sejak tahun 2019, tren angka tersebut konsisten menurun.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengungkapkan, tren penurunan pernikahan itu memang selaras dengan data yang dihimpun oleh pihaknya melalui Surat Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH).
Ia menyoroti adanya faktor baru dalam rendahnya angka pernikahan belakangan ini, yaitu adanya hubungan tidak sehat yang dibangun pasangan atau belakangan ini disebut toxic relationship.
Menurutnya, faktor ini menjadi salah satu yang menyebabkan pasangan berpikir ulang ketika hendak melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
“Beberapa data itu ternyata ada korelasinya. Hubungan toxic semacam ini sangat mempengaruhi kondisi fisik dan mental dalam berpasangan,” ujar dokter Hasto dalam bincang BKKBN "TPK Garda Terdepan Penurunan Stunting di Indonesia" di Yogyakarta, Jumat (8/3) malam.
Fenomena ini pula yang kemudian menjadi salah satu faktor meningkatnya angka perceraian di Indonesia. Kondisi tersebut, tak pelak mempengaruhi pasangan yang belum menikah.
“Pada akhirnya, akan sulit bagi pasangan untuk membentuk komitmen sehat dalam membangun keluarga,” tutur dia.
Dokter Hasto pun mengatakan pihaknya akan segera memetakan wilayah mana saja yang presentase angka menurunnya paling besar. Langkah ini diambil sebagai upaya dalam menjaga agar pertumbuhan penduduk seimbang. Salah satunya dengan melihat Total Fertility Rate (TFR) di daerah yang memiliki angka pernikahan rendah.
“Segera di petakan persentase pernikahan di tiap wilayah. Mana saja prosentase terbesar. Karena ini penting dalam mendukung TFR agar pertumbuhan penduduk seimbang,” tuturnya.