Jakarta, Gatra.com - Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Hilman Latief mengatakan, perlu adanya strategi baru dalam dakwah kultural Muhammadiyah. Menurutnya, langkah ini patut dikaji agar dakwah tersebut makin relevan dengan maslah kemanusiaan yang hadir secara global saat ini.
Hal tersebut disampaikan Hilman dalam salah satu sesi Pengkajian Ramadan PP Muhammadiyah 1445 H di Auditorium KH Ahmad Azhar Basyir MA Gedung Cendekia Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Ia juga menjelaskan bagaimana pemikiran Mohammad Iqbal, seorang pemikir Islam dari Pakistan yang juga banyak mempengaruhi pemikiran Buya Syafii Maarif.
“Pada intinya Muhammad Iqbal ingin berbicara bahwa visi dunia, tidak bisa lepas dari visi alam semesta,” kata Hilman dalam keterangan tertulis, kamis (21/3).
Dari kesimpulan itu, ia mengingatkan kembali pada konsep kemanusiaan universal yang dirumuskan dalam Tanfidz Muhammadiyah 2022. Dimana Muhammadiyah menggariskan kemanusiaan universal pada empat hal yaitu membangun tata dunia yang damai berkeadilan, regulasi dampak perubahan iklim, mengatasi kesenjangan antar negara, dan menguatnya xenophobia.
Hilman melanjutkan, pada masa generasi awal dakwah kultural Muhammadiyah yang kaitannya dengan kemanusiaan dilakukan melalui gerakan Al-Maun. Akan tetapi, Hilman melakukan perenungan kembali terkait relevansinya dengan persoalan kemanusiaan saat ini.
Kemudian ia menemukan ayat lain selain dari surat Al-Maun tersebut yaitu QS. Al-Balad yang menurutnya cukup relevan dan dapat dijadikan basis dakwah kemanusiaan universal. Dalam surat itu terdapat ayat yang menjelaskan tentang jalan terjal atau dalam bahasa Al-Qur’an disebut al-‘aqobah.
“Al-‘aqobah itu didefinisikan dalam beberapa tafsir sebagai jalan terjal kemanusiaan. Ini jalan seperti di neraka, medan yang panas dan terjal. Poinnya adalah sulit untuk dilalui,” tutur Hilman.
Ia melanjutkan, beberapa gambaran yang dijelaskan pada ayat dalam Al-Balad itu ialah di antaranya membebaskan budak dari perbudakan, dan memberi makan saat krisis pangan.
Kedua hal itu dilihat sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini, Hilman memberi contoh krisis kemanusiaan di Palestina. Selain itu juga kondisi Indonesia yang menjadi negara dengan indeks kelaparan tertinggi di kawasan Asia Tenggara setelah Timor Leste.
Sehingga menurutnya, perlu dilakukan beberapa hal yaitu menjadikan MSDGs (Muhammadiyah Sustainable Development Goals) sebagai paradigma, memiliki kesiapan sumber daya, kekuatan jaringan dan diplomasi, menentukan prioritas gerakan kemanusiaan, memproyeksikan gerakan filantropi di masa depan, spiritualitas dan gerakan kemanusiaan masa depan, serta menggunakan fikih-fikih baru seperti fikih kemanusiaan, fikih filantropi, dan lain-lain.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster and Management Center (MDMC), Rahmawati Husein menjelaskan tentang aksi-aksi kemanusiaan Muhammadiyah melalui MDMC. Muhammadiyah menjadi salah satu ormas yang bergerak hingga ke tingkat global.