Jakarta, Gatra.com–Sebagai penyumbang angka kematian terbesar di Indonesia, penyakit jantung memiliki beberapa jenis yang seringkali terjadi secara mendadak, tak terkecuali pada tubuh yang sehat. Jenis penyakit jantung yang paling sering mengakibatkan henti jantung adalah gangguan irama jantung (aritmia) yang berupa fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel yang cepat.
Di Indonesia, jumlah pasien yang meninggal akibat kematian jantung mendadak diperkirakan lebih dari 100.000 jiwa per tahun. Salah satu jenis yang muncul adalah Sindroma Brugada, gangguan aritmia yang terjadi pada pasien tanpa keluhan.
Menjadi penyumbang terbesar kematian jantung mendadak pada individu yang sehat (>20%) terutama di daerah Asia Tenggara, penderita akan mengalami impuls listrik pada sel di bilik kanan atas jantung hingga menyebabkan jantung mudah berdetak dengan cepat.
Baca juga: Waspadai Gangguan Irama Jantung, Ini Gejala dan Penyakit yang Menyertai
"Sebanyak 88% data medis henti jantung adalah aritmia," jelas dr Sunu Budhi Raharjo, SpJP(K), PhD, konsultan aritmia di Heartology Cardiovascular Hospital dalam media discussion di Jakarta, Senin (25/3).
Untuk penanganannya, perlu dilakukan pemasangan alat kardiak defibrilator implan (ICD) agar mampu menormalkan denyut jantung sehingga terhindar dari risiko fatal. Dengan kemajuan teknologi, pemasangan ICD kini tak perlu langsung di jantung, tetapi di bawah kulit melalui metode Subcutaneous Implantable Cardioverter Defibrillator (S-ICD).
Pentingnya Pemeriksaan EKG untuk Pemeriksaan Awal
Menurut riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Kemenkes 2023, penyakit kardiovaskular merupakan
penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia setelah stroke. Kematian yang disebabkan penyakit
jantung dapat berupa serangan jantung maupun henti jantung.
Serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah koroner tersumbat sehingga jantung tidak mendapat oksigen dan nutrisi, dan berakibat fatal. Adapun henti jantung terjadi ketika listrik jantung berdenyut supercepat (>300 denyut per menit), yang mengakibatkan seseorang kolaps, dan bisa meninggal dalam waktu kurang dari 10
menit, sehingga sering disebut sebagai Kematian Jantung Mendadak (KJM) (sudden cardiac death).
Baca juga: Dokter Spesialis Saraf RSUI Beberkan Pencegahan Stroke
Untuk mencegah terjadinya KJM, diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk mengidentifikasi apakah seseorang mempunyai risiko tinggi mengalami KJM. Disini, EKG memiliki peran penting sebagai rekaman aktivitas listrik jantung ke dalam sebuah kertas.
“Pemeriksaan EKG merupakan pemeriksaan sederhana yang penting dalam mengidentifikasi apakah seseorang berisiko tinggi mengalami KJM atau tidak,” papar dr Sunu.