Home Kolom Kepala BSSN: Dinas Kode Berperan Penting di Masa Kemerdekaan

Kepala BSSN: Dinas Kode Berperan Penting di Masa Kemerdekaan

Wawancara Khusus

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hinsa Siburian

Satu Orang Khilaf, Satu Negara Bisa Runtuh

---------------------------------------

 

Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir 1949, Dinas Code yang dirintis dr. Roebiono Kertopati sejak 1946 semakin berkembang. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami penguatan dari Badan Pemberitaan Rahasia atau Dinas Code menjadi Dinas Teknik, Djawatan Sandi Angkatan Perang, Djawatan Sandi, dan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Dengan adanya kemajuan digital, melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 53 Tahun 2017, Lemsaneg bertransformasi menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang berada langsung di bawah presiden untuk menjawab tantangan keamanan siber di Indonesia. Untuk mengetahui sejarah tentang sistem persandian negara, wartawan Gatra Andhika Dinata mewawancarai Kepala BSSN Hinsa Siburian pada akhir Maret lalu. Berikut petikannya:

Seperti apa peran dari Badan Pemberitaan Rahasia atau Dinas Kode dalam mendukung kemerdekaan Indonesia?

Setelah Indonesia merdeka, negara ini belum memiliki sistem komunikasi rahasia yang terintegrasi dan andal. Masing-masing instansi dan kelompok perjuangan masih menggunakan cara-cara pengamanan informasi yang dianggap kuat. Hal ini menghambat komunikasi rahasia antar instansi karena belum menggunakan cara yang terintegrasi. Saat dibentuk pada tanggal 4 April 1946, Dinas Code diarahkan untuk menjamin kemananan pemberitaan rahasia di Indonesia. Semakin lama semakin banyak instansi-instansi dipemerintahan yang terhubung komunikasi sandi. Sehingga informasi yang bersifat rahasia di Indonesia dapat terenkripsi dan terjamin keamanannya. Sistem sandi yang dibuat oleh Dinas Code tidak hanya digunakan dalam masa damai saja namun digunakan juga pada masa perang kemerdekaan. Lembaga sandi yang dipimpin oleh Pak Roebiono Kertopati juga mencetak para petugas sandi yang sering disebut dengan Code Officer (CDO) yang senantiasa siap ditugaskan setiap saat dan dalam keadaan apapun untuk mengamankan berita rahasia di seluruh Indonesia.

Bisa disampaikan kontribusi Dinas Kode di masa kemerdekaan dalam konteks komunikasi perundingan, pemberitaan di medan perang, dan komunikasi ke dunia internasional?

Pak Roebiono Kertopati dapat membuat sistem-sistem sandi yang terbukti efektif dan dapat diandalkan untuk mengamankan komunikasi berita di berbagai kondisi dan situasi. Beberapa kondisi yang dimaksud misalnya di medan peperangan, di dalam berbagai perundingan antara Pemerintah RI, Belanda, dan dengan PBB, pada komunikasi pemberitaan di perbatasan, dan di dalam gerilya di pedalaman. Pada masa Perang Kemerdekaan II, para sandiman di bawah konsolidasi beliau mempunyai jasa yang besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia Melalui radio PC2, berita Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dikirim dan dilindungi dengan sandi disebarkan hingga berhasil dikirimkan secara berantai melewati berbagai stasiun radio perjuangan di sepanjang Pulau Jawa dan Sumatera hingga ke luar negeri melalui Rangon, Burma dan India yang akhirnya diterima oleh perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sehingga masyarakat dunia tahu jika negara Indonesia masih ada.

Kepala BSSN Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian Dalam Sesi Wawancara Khusus (GATRA/ Ardi Widi Yansah)

Bagaimana penilaian Anda terhadap Roebiono Kertopati?

Doktrinnya beliau “Berani Tak Dikenal” karena persandian itu erat kaitannya dengan kerahasiaan. Kerahasiaan diartikan juga secara fisik dan secara nyata sangat melekat, dan itu doktrin beliau. Kedua, “Kekhilafan Satu Orang Saja Cukup Sudah Menyebabkan Keruntuhan Negara”. Ini yang menurut saya sangat fenomenal, tahun 1946 diucapkan, tapi sekarang pun berlaku. Karena sekarang kita berada di dunia siber. Jadi, kecerobohan satu orang misalnya, suatu sistem elektronika, bisa mengakibatkan sistem itu tidak berfungsi, atau data dicuri hanya karena kehilafan satu orang. Itu yang kita sampaikan kepada teman-teman dalam literasi bahwa keamanan informasi itu tidak boleh ada celah. Jadi, memang super untuk keamanan di era digital sekarang ini.

Seperti apa kiprah Roebiono sebagai orang kepercayaan Istana (Presiden Sukarno) dan sekaligus kepercayaan Menhan RI (Amir Sjarifoeddin) waktu itu?

Sikap netral dan profesional dalam bertugas membuat Pak Roebiono Kertopati menjadi orang yang dapat dipercaya. Dalam pelaksanaan tugas yang rahasia ini, dr. Roebiono menanamkan sikap kepada anak buahnya bahwa “seseorang yang menjabat Code Officer harus onpartydig dan melulu menjadi alat negara.” Hal ini disampaikan oleh Pak Roebiono sejak tahun 1948. Karena itu, baik saat diperintahkan oleh Mr. Amir Sjarifuddin, di era pemerintahan parlementer, di era pemerintahan Presiden Sukarno, maupun pemerintahan Presiden Soeharto sikap ini selalu menjadi pedoman. Petugas sandi melaksanakan tugas negara, tidak afiliatif dan tidak memiliki kecondongan kepada kelompok/partai politik tertentu.

Bisa dijelaskan tentang temuan Buku Kode C atau double encipherment yang diciptakan Roebiono dan kontribusinya terhadap sistem persandian nasional?

Sistem sandi pertama yang diciptakan Indonesia adalah Buku Code C, terdiri dari sekitar 10.000 kata yang di dalamnya terdapat tanda baca, awalan, dan akhiran, penamaan, serta bentuk lain yang sering dijumpai dalam teks berita. Buku Code C ditulis dalam Bahasa Inggris dan Belanda. Buku ini menjadi pedoman para penulis kode di awal-awal republik berdiri. Sandi-sandi dalam Buku Kode C itu selalu diubah tiap minggu atau bulan, untuk menghindari terjadinya kebocoran. Sistem kode yang dipakai adalah sistem kode angka, berupa bilangan-bilangan sebagai penjumlah dari kode yang telah ada. Angka dari nol sampai sembilan dan pemakaiannya sebagai penjumlah dapat ditentukan sesuka pemakai.

Kantor Badan Siber dan Sandi Negara di Kawasan Depok, Jawa Barat (GATRA/ Ardi Widi Yansah)

Darimana Roebiono Kertopati mendapatkan bekal ilmu kriptografi?

Pak Roebiono punya sejarah tersendiri bagaimana dia bisa terpilih karena memang punya keahlian di bidang kriptografi. Kapan beliau itu belajar kriptografi? Ini masih belum jelas. Perkiraan saya itu mungkin dari KNIL-KNIL (tentara Belanda) karena ketika beliau lulus sekolah kedokteran di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), Surabaya, Pak Roebiono ditugaskan di Papua untuk melakukan misi pengobatan bagi masyarakat yang terserang penyakit kulit. Saat Perang Dunia II, Jepang mulai mendominasi di wilayah Papua sehingga kekuatan sekutu yang berada di sana terdesak mundur ke Australia, termasuk juga Pak Roebiono. Sekian lama di Australia berarti kan bergaul dengan orang-orang KNIL. Di negara itulah beliau mulai mengenal persandian dan intelijen.

Sejumlah kalangan mendorong agar Roebiono Kertopati diusulkan Pahlawan Nasional. Bagaimana BSSN meresponnya?

Kami tentu berterima kasih kepada pihak-pihak yang turut mendukung dan mendorong agar Pak Roebiono Kertopati diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh BSSN dalam pengusulan Pahlawan Nasional berdasarkan syarat yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan. Beberapa tahun terakhir berkembang usulan supaya dr. Roebiono Kertopati diberikan gelar Pahlawan Nasional. Hal ini tidak lepas dari keberadaan Museum Sandi yang selama 16 tahun telah mendeseminasi kiprah dan perjuangan Pak Roebiono Kertopati. Masyarakat semakin mengetahui peran dr. Roebiono Kertopati walaupun pada masa hidupnya beliau memegang teguh moto “Berani Tidak Dikenal”. Namun, karena peran dan sumbangsihnya untuk negara demikian besar, masyarakat melihat hal ini layak untuk dijadikan teladan.

Wawancara ini dimuat di Majalah Gatra Edisi XXX/27 Tanggal 25 April - 1 Mei 2024

45