Bali, Gatra.com– United In Diversity Foundation bersama Rocky Mountain Institute meluncurkan program pembelajaran aksi baru “Happy Energy Action Leadership (HEAL) : Energy Transition, Livelihood, Systems, and Blended Finance.”
Peluncuran ini diumumkan pada dialog Global Blended Finance Alliance (GBFA) di G20 Bali: “Natural Capital, Communities, and Climate Action for A Better Business and Better World,” yang diselenggarakan oleh Tri Hita Karana Forum dan World Economic Forum dalam rangka World Water Forum ke-10 di Bali.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif menyambut baik kehadiran program HEAL. “Tugas untuk mewujudkan target nol emisi Indonesia menjadi semakin penting saat ini, seiring dengan upaya kita untuk mengurangi dampak krisis iklim," ungkapnya dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin (20/5).
Baca juga: IFN Future Policy, Kantor Staf Presiden Kumpulkan 19 Tokoh Muda Multi-Sektor
Saat programnya dimulai nanti, HEAL akan mengajak 45 pemimpin di bidang transisi energi dari berbagai sektor - pembuat kebijakan, lembaga keuangan nasional dan multilateral, negara-negara donor, produsen energi, pemerintah daerah, universitas, dan organisasi masyarakat sipil - dalam sebuah perjalanan pembelajaran holistik yang berlangsung selama empat bulan.
Programnya akan mencakup lokakarya tatap muka, kunjungan lapangan yang mendalam, modul peningkatan kapasitas multidisiplin secara daring, serta kerja kelompok yang merespon langsung berbagai tantangan dari proyek-proyek transisi energi yang otentik.
"Kita harus memastikan bahwa peluang seperti Just Energy Transition Partnership (Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan) dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan global menjaga suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius di atas level pra-industri serta mewujudkan transisi energi yang adil dan merata bagi Indonesia," papar Arifin.
Program ini bertujuan untuk mengkatalisasi perubahan sistem yang transformatif demi masa depan energi yang membahagiakan, tangguh, dan berkeadilan dengan cara membekali para pelaku transisi energi, baik lokal maupun global. Dengan kapasitas untuk mengatasi berbagai hambatan sistemik dengan menggunakan pemikiran holistik, dan cara belajar serta pemecahan masalah yang berorientasi pada masa depan, lintas sektoral, dan multidisiplin.
Baca juga: Gelar CGTS, Bea Cukai Jelaskan Ketentuan Ini ke Pelajar di Banyuwangi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia dan Tri Hita Karana co-host, Luhut Binsar Panjaitan menekankan pentingnya program ini. “Mata dunia tertuju ke Indonesia sehingga kita harus menjadi contoh sukses transisi energi yang adil, dengan menyeimbangkan pembangunan ekonomi, kesetaraan sosial, dan pemeliharaan lingkungan," ungkapnya.
Menurut dia, inisiatif seperti JETP perlu didukung oleh penyelarasan pemangku kepentingan yang sepadan, tidak hanya dalam hal teknis tetapi juga dalam hal membangun relasi antar institusi. "Oleh karena itu, saya mendorong negara-negara IPG, anggota GFANZ, kementerian dan lembaga, serta organisasi masyarakat sipil untuk bergabung dengan HEAL agar kita dapat menggunakan kesempatan ini untuk belajar bersama dalam menyelesaikan tantangan-tantangan yang ada,” jelasnya.
Presiden United In Diversity dan Duta Besar Keliling Indonesia untuk Pasifik, Tantowi Yahya mengatakan, menuju ambisi Indonesia mencapai nol emisi bersih di tahun 2060, sangat bijaksana bagi Indonesia untuk mengantisipasi bahwa sektor energi akan mengalami gangguan yang tidak terpikirkan sebelumnya, baik dari krisis iklim maupun melalui inovasi dalam sumber energi, penyimpanan, akses, dan model bisnis.
"Kita harus siap untuk mengevolusikan instrumen-instrumen kemasyarakatan, kebijakan, sumber daya manusia, pembiayaan, dan model bisnis, sehingga kita dapat memanfaatkan setiap gangguan yang tiba untuk mewujudkan tujuan kita yang sejati, yaitu menciptakan masyarakat yang bahagia, tangguh, dan adil," ungkap Tantowi.
Baca juga: Pendaftaran Program Beasiswa YSEALI Academic Fellowship 2024 Resmi Dibuka
Principal Rocky Mountain Institute untuk Asia Tenggara, Wini Rizkiningayu mengaku senang dapat bermitra dengan UID dalam melaksanakan program tersebut. "Bahkan lebih senang lagi karena kami berkesempatan untuk bekerja sama dengan teman-teman lokal, nasional, dan internasional lainnya dalam mendukung agenda net zero dan transisi energi di Indonesia,” jelas dia.
Terakhir, Shobi Lawalata, Pimpinan Program HEAL dan fasilitator senior UID serta Direktur Program
Akademik dan Pembelajaran menambahkan bahwa tidak banyak program yang menggunakan pendekatan sistemik yang mendorong pola pikir interdependensi (saling bergantung) dan pemikiran multi-disipliner non-linear dalam peningkatan kapasitas.
"Sedangkan tantangan kita saat ini semakin kompleks dan mengharuskan kita untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, kami sangat senang dapat membawa pendekatan baru ini ke dalam cara kita bercakap dan bertindak secara tepat waktu dan mendesak untuk transisi energi," jelasnya.