Madinah, Gatra.com- Tawa Satini Sunar, 94 tahun, berkali-kali meledak setiap menjawab pertanyaan GATRA. Meskipun pesawat yang mengangkut kloter SOC 42 telat 7 jam, tak nampak penat di wajahnya. Penggemar wayang kulit itu tetap ceria setiba di Madinah al Munawarah."Nggak. Nggak capek," kata nenek asal Jepara yang tinggal di Kendal, Jawa Tengah itu, 24/5.
Satini adalah yang tertua dari 8 lansia kloter 'terakhir' yang mendarat di Madinah. Dia ditemani Murtiwik anak bungsunya. "Tiga puluh dua," kata Murtiwik ketika ditanya usianya. Maksudnya, tiga puluhnya dua alias 60 tahun. Dia menemani ibunya setelah Satini menolak dikawal cucunya.
"Lha, lanang je (Lha, laki-laki)," kata Satini mengemukakan alasan menolak ditemani cucunya. Meskipun uzur, nenek 3 anak, 7 cucu dan 16 cicit itu mengaku tidak grogi menggunakan fasilitas di pesawat. Bisa ke toilet? "Ya bisalah," katanya mantap.
Tentang resep panjang umurnya, Satini mengaku hanya mengonsumsi yang alami. "Mangane jangan kelor bening, sama iwak teri ha ha ha (Makannya, sayur bening kelor, dan ikan teri). Beda dengan makan Anda," katanya. Mbah Satini menambahkan bahwa dia juga tidak mengonsumsi ayam sayur. "Kalau mau ayam ya menyembelih ayam kampung," ungkapnya.
Menurut Murtiwik, ibunya sehari-hari juga tidak pernah memakai sandal. "Kemana-mana tidak pernah memakai sandal. Hanya karena pergi jauh saja sekarang pakai sandal," katanya. Wah, sandale anyar (sandalnya baru) mbah? "Iyalah. Tukoke anake (Dibelikan anak)," katanya sembari melihat kakinya.
Meskipun sudah lansia, mBah Satini tidak menggunakan kursi roda. Langkah-langkahnya masih mantap dan lincah. Semoga menjadi haji yang mabruroh, mBah. Amiin.