Home Teknologi Praktisi TIK Sebut Kekhawatiran Masuknya Starlink Terlalu Berlebihan

Praktisi TIK Sebut Kekhawatiran Masuknya Starlink Terlalu Berlebihan

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Komite Penyelarasan Teknologi Informasi dan Komunikasi (KPTIK), Dedi Yudianto menyebut, kekhawatiran kelompok penyedia jasa internet lokal atas masuknya Starlink ke Indonesia dinilai cukup berlebihan.

Padahal faktanya, Fiber optik dan Wireless tidak bisa disamakan dengan Operator Satelit. Sehingga, Dedi justru menyebut kehadiran bisnis internet berbasis satelit milik konglomerat Elon Musk tersebut sudah sepatutnya disambut baik.

"Kehadiran Starlink di Indonesia, justru mendukung aktifitas warga yang tinggal di daerah 3T atau daerah yang tertinggal, terdepan, dan terluar yang tidak tercover Fiber Optik & Wireless," ucap Dedi dalam keterangan tertulis, Selasa (4/6).

Menurut pria yang juga merupakan Inisiator Warkop Digital & CEO Cybers Group ini, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan atas kehadiran Starlink. Justru kata Dedi, adanya Starlink sangat membantu warga yang tinggal di daerah 3 T. Hal ini dinilai bisa membantu akses internet di pulau terluar Indonesia.

"Selain kapasitas dan kecepatannya melebihi Satelit operator lama, harga peralatannya juga jauh lebih murah," kata Dedi.

Dedi juga menerangkan perbandingan antara internet yang ditawarkan perusahaan satelit yang ada saat ini yang hanya bermain di sekitar 1 – 10 megabit upload dan 10 – 50 megabit download.

Sementara di Starlink, kapasitasnya bisa mencapai 30 megabit upload dan 300 megabit download. Dimana Latency-nya cukup rendah, yakni 35 ms dibanding Operator Satelit lain diatas 200 ms.

"Perbedaannya sangat jomplang. Harusnya kondisi ini disyukuri karena warga kita bisa terlayani akses internet dengan harga Peralatan 7 juta-an dan bulanan 750 ribu dengan kapasitas besar. Bahkan memiliki kecepatan luar biasa, latency rendah dan harga jauh lebih murah dan terjangkau," terangnya.

Dibanding mempersoalkan kehadiran Starlink, Dedi menyebut hal yang patut di soroti justru ada pada dampak dari ketersediaan layanan internet dengan kapasitas besar dan kecepatan yang luar biasa tersebut.

Terutama di kota besar, akses internet yang cepat jangan kemudian dimanfaatkan untuk aktivitas judi online dan pornografi yang sangat massif di Indonesia. Menurutnya, sudah menjadi tugas pemerintah agar dapat mendorong kebermanfaatan akses internet untuk hal yang lebih bermakna.

"Dengan menciptakan konten-konten menarik dan bermanfaat bagi banyak orang. Terutama menjadi produktif dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan bonus demografi kedepannya," tukas Dedi.

103