Yogyakarta, Gatra.com – Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemprov Nusa Tenggara Barat (NTB) sepakat menjadikan keberadaan museum sebagai wahana penting dalam program pembentukan profil pelajar Pancasila.
Keberadaan museum di Yogyakarta menjadi peluang dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sejarah, seni, dan budaya.
Perda Nomor 1 Tahun 20222 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang diterapkan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi rujukan utama Pemprov NTB dalam pembelajaran Pancasila terutama melalui museum.
Pandangan ini disampaikan Sekretaris Komisi A DPRD Yogyakarta, Rany Widayati, saat berkunjung ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) NTB pada Senin (4/6) lalu. Rombongan ini diterima Kepala Disdikpora NTB Aidy Furqan dan Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam.
“Dengan keberadaan 35 museum yang dimiliki Yogyakarta, kita sebenarnya mampu menjadi contoh tentang pembelajaran keanekaragaman budaya untuk membentuk pelajar Pancasila,” kata Rany.
Kunjungan ke museum menurut Rany tidak hanya menjadi arena pembelajaran bagi siswa mengenai sejarah. Namun aktivitas ke lapangan ini juga berfungsi untuk menyibukkan siswa agar tidak terlibat hal-hal negatif.
“Kami sudah memiliki program wajib kunjung museum melalui kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Namun itu perlu diperkuat dengan menyasar ke perkampungan sehingga semakin menguatkan nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.
Rany pun tertarik dengan program Sabtu Budaya yakni penguatan budaya bagi seluruh siswa NTB dengab mewajibkan mereka menampilkan kreasi budaya di sekolah minimal sekali tiap semester. Program baik ini kiranya wajib dicontoh oleh Yogyakarta.
“Di Sabtu Budaya, siswa mengkreasikan hasil refleksi pembelajaran pada banyak hal seperti tari-tarian, olahraga, bahkan kesenian tradisional. Ini bisa menjadi contoh positif untuk mengurangi kejahatan jalanan yang terjadi di Yogyakarta,” terangnya.
Rany mewakili Komisi A DPRD DIY siap membantu Disdikpora NTB dalam pengembangan museum dengan menjadikan keberadaan museum di Yogyakarta sebagai percontohan.
Dalam paparannya, Kepala Disdikpora NTB Aidy Furqan menyatakan pihaknya tengah menggagas program penambahan museum. Pasalnya, dengan keberadaan 10 kabupaten/kota, NTB hanya memiliki lima museum.
“Kami tengah menjalankan program ‘Kotaku Museumku, Kampungku Museumku’. Program ini diharapkan mampu mendorong kabupaten/kota memiliki museum, termasuk museum desa,” katanya.
Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam menyatakan museum ini merupakan museum terbesar dan terlengka dengan 709 koleksi yang berasal dari peradaban tiga suku besar yaitu Sasak, Sumbawa, dan Mbojo.
“Kami ingin penambahan museum baru mampu memperkenalkan kebudayaan dan peradaban di NTB yang merupakan hasil silang budaya antara Majapahit, Kerajaan Gowa, dan Bali. Kitab Negarakertagama yang ditemukan di sini merupakan bukti kayanya kebudayaan kami,” katanya.
Ia menjelaskan, peradaban ini telah melahirkan banyak artefak kebudayaan yang bernilai sejarah, kendati masih banyak pula artefak yang disimpan oleh pribadi-pribadi. Kehadiran negara pun dibutuhkan untuk merawat peninggalan sejarah tersebut.
Tak hanya menjadi rujukan dalam pendidikan, keberadaan museum yang tersebar di berbagai kabupaten/kota akan memperkaya objek wisata yang selama ini mengandalkan kebudayaan dan alam.