Bandung, Gatra.com - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (PLN UIP JBT) menggelar aksi bersih Sungai Cikapundung yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat.
Aksi ini sebagai bagian memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh setiap tanggal 5 Juni. Selain itu, juga menjadi bagian dari program Green Employee Involvement di mana pegawai PLN dapat terlibat secara aktif sebagai relawan dalam upaya pelestarian lingkungan.
Bekerjasama dengan organisasi non-profit River Cleanup Indonesia, aksi ini diikuti lebih dari 75 orang meliputi pegawai PLN UIP JBT, instansi pemerintahan serta para relawan.
Baca Juga; Sukses Menambah Pelanggan, Kunci Membaiknya Kinerja PLN 2023, Terbanyak dari Golongan Rumah Tangga
Sejumlah rangkaian kegiatan dijalankan mulai dari membersihkan bantaran hingga aliran sungai, pengumpulan sampah, penimbangan sampah (langsung dihitung), penyerahan bantuan PLN Peduli dan juga sesi “River Talks” untuk membahas tentang manajemen sampah.
Pada aksi ini, PLN UIP JBT berhasil mengumpulkan sampah seberat 1.441,92 Kg. Nantinya, sampah tersebut akan dipilah dan diolah oleh River Clean Up Indonesia untuk menjadi barang yang memiliki nilai guna.
PLH General Manager PLN UIP JBT, Rifki Santoso menyebutkan bahwa aksi ini tidak hanya bertujuan untuk membersihkan sungai dari sampah, namun juga menjadi sarana edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
“Sungai Cikapundung adalah salah satu sumber kehidupan yang perlu kita jaga bersama. Dengan menjaga kebersihan sungai, kita turut menjaga kualitas air dan ekosistem di sekitarnya,” kata Rifki.
Rifki juga memberikan apresiasi kepada setiap pihak yang telah terlibat aktif dalam aksi peduli lingkungan tersebut. Dirinya turut mengajak seluruh pihak untuk menjadikan momen Hari Lingkungan Hidup Internasional menjadi titik tolak kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan serta semakin berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh unsur pemerintah, seluruh pegawai PLN yang telah yang turut berpartisipasi dalam aksi bersih-bersih Sungai Cikapundung. Tidak lupa juga kami sampaikan apresiasi untuk rekan-rekan River Cleanup yang terus berjuang membersihkan sampah sungai di banyak negara lain termasuk di Indonesia, salah satunya dalam kolaborasi hari ini,” ucap Rifki.
Aksi nyata yang dilakukan PLN ini dilakukan untuk mengurangi timbunan sampah yang dapat menurunkan kualitas kehidupan masyarakat, dan tentunya selaras dengan capaian Tujuan Pembanguan Berkelanjutan (TPB) 12, yakni konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Kepala UPTD Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Dinas Kehutanan Jawa Barat yang diwakili Kepala Bagian Tata Usaha, Diantoro mengatakan bahwa saat ini pihaknya juga tengah mengembangkan program-program untuk menanggulangi sampah dan kotoran yang telah mencemari Sungai Cikapundung.
“Isu strategis di Tahura itu yaitu masalah sampah dan mohon maaf saya sampaikan yaitu tercemarnya Sungai Cikapundung akibat kohe (kotoran hewan) sapi dari atas. Itu adalah program yang sedang kami kembangkan dan maksimalkan untuk penyelesaian masalah tersebut,” jelas Diantoro.
Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Kementerian PUPR BBWS Citarum, Jaya Sampurna yang turut hadir, juga menyampaikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan aksi peduli lingkungan tersebut.
“Terima kasih kami ucapkan kepada PLN yang telah turut menjaga kebersihan sungai Cikapundung. Kegiatan ini merupakan contoh nyata bahwa dengan kolaborasi, kita dapat menjaga lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang," kata Jaya.
Pada sesi River Talks, Manager Perizinan dan Komunikasi PLN UIP JBT, Heryana Rinaldi Hidayat menjelaskan Green Employee Involvement merupakan bagian dari Employee Volunteering Program yang mana merupakan wadah yang diinisiasi untuk meningkatkan jiwa kepedulian pegawai PLN agar terlibat secara aktif sebagai relawan dalam program peduli lingkungan.
Dengan kepedulian ini diharapkan juga pegawai dapat menjadi influencer bagi stakeholders dan masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan.
“Kegiatan seperti ini setiap tahun biasanya (dilaksanakan), tapi kegiatan yang melibatkan seluruh pegawai kami usahakan minimal setahun sekali. Tahun lalu kita di Kendal, di pantai, bersih-bersih pantai,” ungkap Heryana.
Heryana juga mengatakan bahwa sering kali penumpukan sampah terjadi dikarenakan tidak adanya pengkategorian jenis sampah saat dibuang. Menurutnya hal tersebut dapat menambah kesulitan dalam memproses sampah.
“Jadi mungkin yang sederhana, di Bandung sempat terjadi kesulitan untuk penyaluran sampah. Itu menjadi trigger di kecamatan-kecamatan jadi disediakan tempat penampungan sampah dapur. Jadi kuncinya memang pemilahan dahulu. Karena yang bikin jadi berat (sampah) itu karena tidak dipisah dari rumah. Setelah dipisah (sampah plastik dan sampah lainnya), Insya Allah langkah berikutnya akan lebih mudah,” tutur Heryana.