Home Sumbagteng Pertaruhan Ospin di Regional 4

Pertaruhan Ospin di Regional 4

Jambi, Gatra.com - Januari hingga Maret tahun ini, menjadi bulan paling menyibukkan bagi lelaki 57 tahun itu. Sebentar, Ospin Sembiring sudah di kawasan Batang Hari, dua hari kemudian sudah pula di Sungai Bahar, Muaro Jambi.

Lalu, di hari berikutnya sudah sampai pula jebolan Sarjana Pertanian Universitas Jambi ini di kawasan Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar).

Begitulah rutinitas ayah 4 anak ini mengelilingi 14 estate (sawit, teh, dan kopi) Regional 4 Palmco --- dulu PTPN VI --- yang berada di dua provinsi itu; Jambi dan Sumbar.

Praktis, dalam sepekan, Regional Head Regional 4 Palmco ini, cuma dua hari bisa menyambangi kantornya di kawasan jalan Lingkar Barat, Kota Jambi.

Teramat banyak persoalan yang musti diberesi, menjadi alasan utama lelaki yang baru didapuk menjadi orang nomor satu di Regional 4 pada akhir tahun lalu itu, menjalani situasi seperti tadi.

Regional Head Regional 4 Palmco, Ospin Sembiring (dua dari kiri) saat mendampingi kunjungan kerja Dirut PTPN IV Palmco, Jatmiko K Santosa (kiri baju biru). Foto: (GATRA/Ist)

"Persoalan yang paling berat itu, untung perusahaan pada tahun lalu cuma Rp103,66 miliar. Kalau kebun sawit kita luasnya 34 ribu hektar, berarti untung per hektar dalam setahun cuma Rp3 juta. Ini sangat membikin miris," katanya saat berbincang dengan Gatra.com di lantai dua kantornya, kemarin siang.

Sementara petani plasma saja yang enggak punya mandor panen, mandor satu bahkan asisten, bisa mengantongi uang Rp2 juta sebulan.

"Kalau seperti ini situasinya, jadi muncul kesan, makin banyak yang mengawasi, makin besar losses. Enggak usahlah dulu Rp2 juta sebulan, dapat untung bersih Rp1 juta saja per hektar perbulan, berarti setahun sudah Rp12 juta. Potong pajak ini itu, dapat bersih Rp10 juta. Berarti sudah Rp340 miliar untung dalam setahun," lelaki yang memulai karir dari staf ini menghitung.

Ospin tak menampik kalau untung bersih tadi hanya segitu lantaran di tahun yang sama, unit usaha lain milik Regional 4 seperti karet, teh, dan kopi mengalami kerugian hingga lebih dari Rp50 miliar.

Melihat kenyataan inilah makanya Ospin memutar otak gimana caranya meminimalisir kerugian ini dan menggenjot semangat semua anak buahnya untuk benar-benar bekerja.

"Sebetulnya 'pasukan' saya kuat. Yang sarjana saja, mulai dari lulusan Aceh hingga Papua ada di sini. Kekompakan saja yang belum ada. Nyaris semua jalan sendiri-sendiri. Inilah yang kemudian coba saya rajut," katanya.

Untuk merajut kebersamaan inilah Ospin akhirnya all out 'turun gunung' selama tiga bulan itu, dan dia tidak pernah mau kedatangannya diketahui orang kebun. "Saya enggak ingin mereka repot," begitu alasannya.

Lantaran datang diam-diam, sambutan yang ada ala kadar saja. Giliran waktu makan tiba, Ospin menyuruh beli nasi bungkus saja. Makan bareng asisten hingga manager.

Di saat seperti ini, Ospin berusaha merogoh unek-unek anak buahnya. Kadang juga saat mereka sedang bareng-bareng di lapangan. Manjur. Satu persatu unek-unek itu menggelinding.

Yang membikin unik, ada saja asisten yang mengaku begini; ini kali pertama saya makan semeja dengan direksi.

"Ragam peristiwa yang saya dapatkan selama 'turun gunung' itu. Termasuk juga fakta lapangan yang musti saya benahi. Dari semua itu, rasa memiliki, kesadaran akan pekerjaan dan kejujuran, akhirnya menjadi yang teramat penting menurut saya," ujarnya.

Ospin kemudian mencontohkan begini; adalah kenyataan bahwa telah beberapa waktu, karyawan harus melangsir hasil panen lantaran jalan rusak. Lalu, pabrik pengolahan yang kotor dan gelap.

Untuk dua hal ini, Ospin mengatakan begini; dari pada kita terus-terusan melangsir, akan lebih baik jalan itu diperbaiki.

Lalu, soal pabrik tadi dia mencontohkan sebuah rumah. Kalau rumah kotor, siapa yang membersihkan, kita atau orang lain?

"Kalau kita yang membersihkan, ya tinggal bersihkan saja. Kamu punya banyak anggota, tinggal mengerahkan mereka untuk sama-sama membersihkan. Untuk bersih itu enggak butuh biaya. Beda bila untuk estetika, butuh biaya," katanya.

Dua hal tadi adalah contoh solusi dari sederet persoalan yang ditemukan Ospin di lapangan. Hal yang teramat minim sebelumnya didapatkan oleh anak buahnya.

"Dulu, apa-apa usulan, kebanyakan langsung kena cut. Belakangan itu kita rubah. Semua usulan kita tampung, kita buat skala prioritas. Ada usulan itu yang langsung diakomodir semua, ada yang sebahagian. Tapi semuanya dapat. Cara-cara seperti ini membikin orang di lapangan mulai semangat," ujarnya.

Semangat itu semakin menggelora manakala Ospin tegas mengatakan bahwa Regional 4 jangan menjadi beban bagi Palmco. "Kita harus bisa berdiri di kaki sendiri! Kita musti punya harga diri!" pintanya.

Singkat cerita, tiga bulan kemudian, perubahan mulai terasa. Terlebih setelah Ospin selalu menagih semua apa-apa yang menjadi komitmen dan tugas para bawahannya. Hal yang juga belum pernah dirasakan oleh para anak buahnya sebelumnya.

Regional Head Regional 4 Palmco, Ospin Sembiring, saat berada di kebun teh kawasan Danau Kembar Sumatera Barat. Foto: (GATRA/Ist)

Lantaran semuanya selalu ditagih, baik bukti melalui foto maupun video call, anak buahnya di lapangan menjadi keder untuk tidak melaksanakan pekerjaan tepat waktu dan tepat sasaran.

Terlebih untuk level pimpinan, laporan harian pun sudah harus ada. Belum lagi evaluasi mingguan via zoom meeting. Rata-rata level manager selalu berupaya untuk jangan sampai malu akibat pekerjaannya tidak beres. Sebab itu tadi, semua dibuka dalam evaluasi lintas manager itu.

Nomor pribadi Ospin yang kemudian telah juga menjadi semacam call center --- karyawan golongan apa saja boleh menshare informasi terkait pekerjaan --- membuat semua menjadi takut untuk membikin kesalahan.

"Hati-hati, beresin kerjaan. Sekarang ini dinding saja bisa bicara," begitulah guyon sesama yang berseliweran.

Yang pasti, apapun laporan itu, Ospin tak mau langsung 'menelan'nya bulat-bulat. "Setiap laporan yang masuk, saya langsung turun mengecek; hoax atau benar. Ternyata semua laporan itu benar," katanya.

Lantas apa yang kemudian sudah dirasakan setelah upaya tiga bulan itu? Lapangan tennis yang ada di setiap kebun telah terpakai.

Sebab anak buahnya sudah berhasil menuntaskan pekerjaan pukul 17:00 wib. Sebelumnya sampai pukul 22:00 wib malah masih di lapangan. Lalu pabrik-pabrik pun sudah kinclong.

Yang membikin Ospin sumringah, potensi laba tahun ini akan meningkat tajam. Kemungkinan bisa mencapai angka Rp200 miliar. Sebab di bulan Mei saja, laba bersih sudah di angka Rp65 miliar.

Terus, efisiensi pun telah pula dilakukan. Misalnya di unit usaha teh, di sini efisiensi dipatok mencapai Rp13 miliar.

Tak hanya di internal perusahaan yang diberesi oleh Ospin. Urusan petani plasma juga. Baru beberapa bulan, 720 hektar plasma sudah kembali bermitra dengan Regional 4.

"Selama ini, petani plasma terbiarkan. Sekarang kita urusi. Dalam RKAP sih target tahun ini 3000 hektar. Tapi yang baru memungkinkan itu masih sekitar 1500 hektar. Itu tadilah, saya kan masuk ke Regional 4 ini 1 Desember 2023. Sembari berbenah, saya garap semuanya perlahan," ujar Ospin.

Yang jelas, semua yang telah dilakukan Ospin ini, tidak semulus yang dibayangkan. Ada saja 'riak' yang muncul. Terlebih dari mereka yang selama ini telah lama berada di zona nyaman.

Walau begitu, Ospin tetap yakin bahwa semuanya akan bisa berubah, seiring waktu. Dan sesungguhnya, tahun ini menjadi pertaruhan bagi Ospin.

Dia ingin menyudahi pertaruhan ini kelak di akhir tahun. Bahwa perubahan yang dia usung telah bisa menyodorkan bonus hingga 2 bulan gaji kepada semua anak buahnya.

"Kalau ini kesampaian, maka mereka akan makin percaya bahwa perubahan yang kami lakukan ada manfaatnya. Dan saya yakin akan kesampaian," dia yakin.

Terlepas dari semua itu, misi utama Ospin melakukan perubahan tadi adalah bahwa perubahan telah menjadi kebutuhan. Itulah misi keluarga besar Palmco.

"Saya sedang membikin pondasi yang kuat di Regional 4 ini. Saya benahi arealnya dan sistemnya. Biar nanti setelah saya enggak di sini lagi, semuanya tetap berjalan," bergetar suara lelaki ini mengatakan itu.


Abdul Aziz

137