Home Ekonomi Rupiah Merosot, Faisal Basri: Waspada Krisis, Harga Melambung!

Rupiah Merosot, Faisal Basri: Waspada Krisis, Harga Melambung!

Jakarta, Gatra.com – Rupiah terus melemah dan berbalik ke zona merah pada perdagangan. Pada Rabu, 26 Juni 2024 nilai tukar rupiah tercatat di angka Rp16.400 per dollar AS. Sejumlah analis ekonomi menilai kurs rupiah berpotensi menyentuh level Rp17 ribu per dollar AS.

Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mengungkap dampak mengerikan anjloknya nilai tukar rupiah beberapa waktu terakhir. Faisal menyebut, jika rupiah terus mengalami pelemahan maka akan terjadi krisis secara bertahap.

Dirinya menganologikan terjadinya krisis ekonomi seperti halnya orang kesemutan, kemudian pegal-pegal, hingga akhirnya orang terkena stroke.

Nah, stroke itu krisis, sederhana aja sih. Dulu rupiah Rp15 ribu, hari ini Rp16.400 katakanlah. Nah, kaliin aja, kan mie instan kita 100 persen diimpor. Gandumnya diimpor dengan cost R15 ribu. Sekarang Rp16.400, mie instan naik,” ujar Faisal dalam diskusi publik di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu, 26 Juni 2024.

Faisal mengatakan, efek pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak pada kenaikan harga bahan pokok. Dan kenaikan itu berimbas langsung ke masyarakat.

"Gula tahun lalu kita impornya 5 juta ton. Kursnya Rp15 ribu. Kalau Rp17 ribu, ya naik kan? Makanya harga gula udah mendekati Rp20 ribu. Padahal harga eceran tertinggi (HET)-nya cuma Rp12.500,” kata Faisal.

Tak hanya itu, lanjut Faisal, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas beras. Tahun lalu, Faisal menyebut impor beras Indonesia mencapai 3 juta ton. Jika dikalikan dengan kurs yang menanjak, maka harga beras akan semakin mahal.

Selain itu, harga bahan bakar juga akan terdampak. "Minyak mentah dan BBM. Tahun lalu itu, (impor minyak) kira-kira 1 juta barrel per hari. Bukan per tahun. 1 juta barel per hari. Makanya Pertalite mau dibunuh. Kita enggak boleh lagi beli Pertalite, disuruh beli Pertamax. Mampus enggak?” pungkasnya.

41