Batam, Gatra.com - Dalam kegiaan patroli laut rutinnya, Bea Cukai Batam kini mengerahkan pasukan patroli perempuan dalam melakukan pengawasan dan penindakan di perairan Batam. Mereka dinamai Ladies Squad Marine Customs.
Salah satu anggota senior Ladies Squad Marine Customs Batam, Ema Susanti, mengatakan bahwa terbentuknya tim ini berawal sejak tahun 2019. Kala itu, Bea Cukai Batam menemukan barang yang diselundupkan oleh seorang wanita di kapal penyelundup di perairan Batam.
"Jadi pada saat melaksanakan patroli, umumnya semua pria. Jadi saat kita ketemu dengan satu kapal yang kita tegah, ada wanitanya. Di laut kita tidak bisa melakukan pemeriksaan karena ada regulasi dan sisi humanis tadi," tutur Ema saat memaparkan kisahnya di hadapan awak media dalam rangkaian Kemenkes Press Tour 2024, 26-29 Juni, di Batam.
Karena pada saat itu Ladies Squad Marine Customs belum terbentuk, pemeriksaan terhadap penyelundup wanita baru bisa dilakukan oleh petugas cukai wanita di Dermaga Tanjung Balai Karimun.
Dari situ, para pimpinan Bea Cukai Batam mulai memikirkan bagaimana caranya supaya ada penindakan langsung di wilayah perairan terhadap penyelundup wanita. Tercetuslah ide membentuk Ladies Squad Marine Customs.
Nama itu sebetulnya baru muncul belakangan. Sebelumnya, tim ini baru berbentuk program rutin bernama Dharma Bahari. Salah satu kegiatannya adalah melakukan patroli terkoordinasi dengan Kastam Diraja Malaysia.
Seluruh pegawai wanita Bea Cukai Batam diikutsertakan dalam program ini. Mereka berpatroli dan bermalam selama tiga-empat hari di kapal. Mereka pada akhirnya bisa merasakan, mengalami, dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan patroli laut.
"Jadi sebenarnya kenapa ada Ladies Squad Marine Customs, adalah salah satunya untuk mengantisipasi modus-modus penyelundupan yang menggunakan wanita sebagai media pembawanya," ujar Ema.
Di samping itu, Ema juga khawatir instansi Bea Cukai Batam mendapat laporan balik dari penyelundup wanita dengan tuduhan pelecehan seksual. Itu juga menjadi salah satu urgensi dibentuknya Ladies Squad Marine Custom.
Selain itu, Ema juga mengatakan bahwa pembentukan tim ini juga untuk menunjang pengarusutamaan gender. Dengan konsep ini, petugas perempuan di Bea Cukai Batam tidak hanya punya kapasitas administratif saja, tetapi juga punya kapabilitas pengawasan dan penindakan di laut.
Salah seorang petugas perempuan perwakilan Srikandi Pangkalan Sarana Operasional (PSO) Bea Cukai Batam, Riski Intan Septiani alias Riris, ikut membagikan kisahnya berpatroli di laut.
Pengalaman pertama kali Riris melaut untuk berpatroli terjadi pada tahun 2022. Kala itu ia menggunakan kapal fast patrol boat BC 20007. Ia dan dua rekan lainnya berpatroli selama 14 hari.
"Pada kegiatan tersebut, saya dan rekan-rekan yang bertugas ikut melakukan penegahan terhadap salah satu kapal yang dicurigai membawa barang-barang tanpa dilengkapi dokumen kepabeanan," tutur Riris.
Tim mereka mengidentifikasi kapal penyelundup sedang berlayar di perairan Tanjung Riau. Riris dan rekan-rekannya kemudian menerjang ombak menuju titik lokasi.
Namun, kegiatan penegahan tidak semudah yang dibayangkan. Kapal penyelundup berupaya kabur ketika dikejar dan ditindak.
"Pada upaya melakukan pelarian yang dilakukan oleh kapal tersebut hingga kami harus menurunkan rubber boat atau perahu karet untuk melakukan pengejaran," kata Riris.
Pada akhirnya, upaya penegahan berjalan sukses. Ladies Squad Marine Customs lalu melakukan pemeriksaan awak dan badan kapal. Mereka menemukan sejumlah 87 unit handphone, 2 laptop, 11 sepeda bekas, dan juga ada 15 koli pakaian dan tas bekas.
"Atas hasil pemeriksaan tersebut, kapal kami bawa ke dermaga Tanjung Uncang untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut," ujar Riris.
Di kantor wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kepulauan Riau, terdapat jumlah terdapat total 842 pegawai. Rasio pegawai laki-laki memang masih lebih besar ketimbang perempuan. Jumlah pegawai laki-laki adalah 792 orang, sementara pegawai perempuan berjumlah 50 orang.