Jakarta, Gatra.com - Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Yanuar Nugroho, menilai kokreasi penting dilakukan agar kemajuan Indonesia mencapai SDGs tercapai.
“Itu [kata kokreasi] sudah diadopsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kokreasi artinya bersama-sama, bekerja bersama menciptakan sesuatu. Itu prinsip penting,” ujarnya dalam acara peluncuran Indonesia Philanthropy Outlook 2024 oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) di Menara Bappenas, Jakarta Selatan, Selasa, (2/7).
Yanuar menyoroti posisi pertama Indonesia dalam capaian SDGs di antara upper middle income country, tidak lepas dari adanya kokreasi. “Indonesia sendiri capaian dari 224 indikator yang datanya ada, kita 62 persen,” ucapnya.
Menurutnya, untuk mencapai SDGs, tidak bisa hanya dari pihak Pemerintah dan filantropi saja yang getol mengejarnya, seluruh stakeholders terkait harus ikut terlibat.
“Karena memang tidak mungkin. Sudah jelas di zaman se-modern, se-kompleks ini, kita mesti kerja bareng,” tuturnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, kerja sama dengan pemangku kepentingan lain dari non-state actor (NSA) seperti bisnis, filantropi, media, perguruan tinggi atau kelompok akademisi, dan organisasi masyarakat sipil tampaknya perlu menjadi strategi dan disengajakan.
Senada dengan Yanuar, Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi Sekretariat Nasional SDGs Bappenas, Setyo Budiantoro, optimistis pencapaian SDGs pasti bisa terjadi asalkan ada kokreasi.
“Harus ada sinergi. Artinya kita harus saling mengenal satu sama lain. Menurut saya, kita mesti saling proaktif Untuk kemudian kita bisa bareng-bareng mengatasi persoalan,” kata Setyo.
Sependapat dengan Yanuar dan Setyo, Direktur Yayasan Tahija dan Anggota Badan Pengawas PFI, Trihadi Saptohadi, menyatakan bahwa gotong royong multi-sektor, seperti elemen masyarakat, sektor swasta, dan filantropi sangat penting guna membangun kemitraan dan tata kelola bagi pembangunan berkelanjutan.
“Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain melalui komunikasi dan informasi, koordinasi kebijakan dan program, kolaborasi, dan integrasi program, serta blended financing dan program management untuk memastikan program keberlanjutan serta scale up impact”, ujar Trihadi.