Jakarta, Gatra.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menncatat, nilai perdagangan di bursa karbon Indonesia mencapai Rp36,79 miliar, dengan volume perdagangan sebesar 608.000 ton setara karbondioksida (CO2e) per Juni 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 28 Juni 2024 tercatat 62 pengguna jasa yang mendapatkan izin dan melakukan transaski di bursa karbon Indonesia atau IDXCabon.
“Total volume sebesar 608 ribu ton CO2 ekuivalen dan akumulasi nilai sebesar Rp36,79 miliar,” kata Inarno dalam konferensi pers hasil RDK Bulanan, Senin (8/7).
Untuk diketahui, beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Boby Wahyu Hernawan, mengungkapkan transaksi di bursa karbon saat ini masih rendah.
Minimnya transaksi tersebut disebabkan oleh kurangnya pemahaman dari pihak terkait mengenai nilai ekonomi karbon. Padahal, karbon memiliki nilai jual dan bisa diperdagangkan.
“Kenapa masih juga agak tipis frekuensi transaksi dan sebagainya? Pertanyaannya adalah kembali kepada supply dan demand bagaimana para pihak itu aware tentang bahwa ada nilai ekonomi karbon yang bisa dapat dimonetisasi, bisa diperdagangkan dan sebagainya,” kata Boby dalam acara Media Gathering di Bogor, Rabu (29/5).
Dengan demikian, tak heran mengapa nilai transaksi di bursa karbon Indonesia baru mencapai Rp36,79 miliar hingga Juni 2024.