Jakarta, Gatra.com– Prestasi Junior Indonesia (PJI) dan Asia Dengue Voice and Action Group (ADVA), dengan dukungan PT Takeda Innovative Medicines (Takeda) dan Kementerian Kesehatan RI mengimplementasikan Dengue Slayers Challenge, sebuah terobosan baru dalam edukasi penanganan demam berdarah dengue (DBD) bagi generasi muda.
Sejak Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman 123 siswa SMA/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia mengenai demam berdarah dengue serta memberdayakan mereka untuk mengembangkan 41 solusi inovatif pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue di komunitas mereka.
Hasilnya, para siswa sukses menggagas beragam ide brilian, seperti aplikasi seluler yang dapat memberi notifikasi area penularan DBD, program edukasi berbasis proyek yang berkolaborasi dengan pemerintah, serta buku interaktif edukasi DBD untuk anak-anak.
Baca juga: Takeda Dukung Kolaborasi Internasional Mengatasi Ancaman Arbovirosis Global
Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Agus Handito, S.K.M., M.Epid menyambut baik hadirnya program Dengue Slayers Challenge. Dirinya mengungkapkan, “Aksi individu dan kolektif dari komunitas sangat dibutuhkan untuk mengurangi kasus infeksi dengue hingga mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030," ungkapnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/7).
Oleh karena itu, Kemenkes mengapresiasi dukungan yang diberikan Takeda, ADVA, dan PJI melalui program edukasi untuk generasi muda ini. "Inisiatif ini selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025, khususnya dalam aspek peningkatan keterlibatan masyarakat dan pengembangan inovasi,” jelasnya.
Academic Advisor and Operations Counsel Prestasi Junior Indonesia, Robert Gardiner menjelaskan, generasi muda, dengan potensi dan semangat yang dimiliki, perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat. "Melalui program ini, para siswa memperoleh pengalaman pertama mengeksplorasi demam berdarah dengue secara komprehensif sekaligus kesempatan mentransformasi aspirasi mereka menjadi sebuah karya nyata yang bermanfaat," katanya.
Baca juga: Takeda Dukung Indonesia Bebas Kematian Akibat Dengue di Tahun 2030
Menurutnya, selama proses pembelajaran dan pengembangan ide, mereka juga mengasah keterampilan abad ke-21 yang sangat dibutuhkan. Seperti berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.
ADVA Steering Committee for Indonesia, Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K) mengungkapkan, sebagai kelompok kerja ilmiah di kawasan Asia yang reguler berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai pengendalian demam berdarah dengue, inisiatif ini menjadi wujud nyata dari salah satu fokus kerja dalam meningkatkan partisipasi dan edukasi masyarakat. Generasi muda yang terlibat dalam program ini adalah segmen masyarakat yang sangat penting dalam upaya penanggulangan DBD.
"Dengan sumber daya yang lebih baik dan didukung kreativitas, mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan efek domino dalam menyebarkan pesan dan semangat bebas dari DBD kepada keluarga, sekolah, dan komunitas mereka. Kami antusias mengimplementasikan inisiatif perdana ini di lima negara di Asia Tenggara, meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand,” papar dia.
Kasus demam berdarah dengue menjadi isu kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin urgen saat ini. Hingga pekan ke-22 tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI telah mencatat 119.709 kasus demam berdarah dengan 777 kematian di 34 provinsi di Indonesia.
Baca juga: Gelar Indonesia Dengue Summit 2024, Vaksinasi Turunkan Keparahan DBD
Angka ini melonjak drastis hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Situasi ini mendorong pengembangan upaya penanganan demam berdarah dengue yang kian inovatif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht sangat bersemangat melihat antusiasme para siswa yang mengikuti Dengue Slayers Challenge. Takeda berkomitmen untuk memerangi DBD sebagai mitra jangka panjang melalui pencegahan inovatif kami dan lebih dari itu.
"Kami bekerja sama dengan pemerintah, asosiasi medis, perusahaan, sekolah, dan masyarakat untuk memperkuat pencegahan DBD yang komprehensif dan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di negeri ini. Bersama-sama, kita memiliki kekuatan untuk melawan DBD, dan kita harus bertindak sekarang," jelasnya.