Home Teknologi Sambut Indonesia Emas 2045, Pakar Ingatkan Kuncinya Ada di Kemampuan Lahirkan Inovasi

Sambut Indonesia Emas 2045, Pakar Ingatkan Kuncinya Ada di Kemampuan Lahirkan Inovasi

Yogyakarta, Gatra.com - Indonesia menghadapi berbagai tantangan terutama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan Indonesia 2060 net zero emissions. Tantangan-tantangan itu antara lain terlihat dari kapabilitas sumber daya manusia (SDM) dan kondisi ekonomi.

Hal itu disampaikan pemerhati pendidikan dan inovasi Achmad Soegiarto dalam acara bincang Rolasan (Obrolan Santai Berwawasan) di Kota Yogyakarta, Jumat (19/7).

"Tantangan-tantangan itu dapat diatasi melalui menggerakkan inovasi. Inovasi itu tak hanya dalam hal digital, tapi di bidang apa saja, dan oleh siapa saja, dari mahasiswa sampai korporasi,” tuturnya.

Achmad memaparkan, berbagai indeks pembangunan SDM menunjukkan pencapaian Indonesia kurang memuaskan. Menurut BPS, sekitar 22,25 persen gen Z di tanah air atau 9,8 juta orang tidak sedang sekolah atau bekerja, padahal mereka adalah aset masa depan bangsa. Mengacu World Population Review, hasil pengukuran rata-rata IQ orang Indonesia pada 2023 sebesar 78,49 juga merupakan yang terendah di Asia Tenggara.

Selain itu, mengacu Global Innovation Index 2023, Indonesia berada di ranking 61, di bawah Singapore (5), Malaysia (36), Thailand (43), Vietnam (46), dan Philiphina (56). Tak heran bila perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Hyundai, dan Hyundai memilih berinvestasi ke Vietnam daripada Indonesia. Vietnam dipilih karena tenaga kerja terampilnya, upah lebih murah, dan letak yang strategis.

"Dengan populasi besar dan angka pengangguran terdidik yang besar, Indonesia tidak dipilih para pemain global untuk berinvestasi," kata Chief Strategy Officer di Telkom Group 2019-2020 dan Kalla Group 2020-2023 ini.

Tak hanya di aspek SDM, bidang ekonomi dan usaha juga tengah dalam kondisi mencemaskan. Tahun lalu, pemerintah menutup tujuh BUMN karena bangkrut dan berujung PHK ribuan pekerja. Beberapa startup besar juga mengalami kesulitan keuangan dan kurangnya inovasi berkelanjutan.

"Ini mengindikasikan fenomena umum di tanah air yakni kesulitan keuangan atau financial distress," tandasnya.

Padahal, menurut Achmad, dunia saat ini tengah menyongsong era gelombang keenam yakni green wave sebagai kelanjutan gelombang kelima saat ini di bidang digital. Gelombang keenam tersebut menekankan pada kelestarian lingkungan seiring adanya perubahan iklim yang telah memaksa manusia mengubah perilakunya demi keberlanjutan.

"Indonesia harus siap menghadapi era itu. Maka perlu menggerakkan inovasi anak bangsa agar mampu bersaing tingkat nasional ataupun regional. Kuncinya adalah inovasi," kata penulis sejumlah buku, seperti Synergy Way of Disruption (2018) dan Synergy Way of Ecosystem Collaboration (2022) ini.

Untuk menggerakkan inovasi, Achmad menyodorkan gerakan One Student, One Employee, One Innovation (OSOEOI) di kalangan mahasiswa dan karyawan. Gerakan yang berupaya melahirkan satu inovasi bagi setiap mahasiswa dan profesional ini diinisiasi oleh SPRINT+, entitas yang digagas Achmad untuk membantu pemerintah, perusahaan, dan organisasi nirlaba dalam menghasilkan inovasi.

Ia juga mendorong kampus dan perusahaan untuk menumbuhkan budaya inovasi. "Sudah saatnya kampus menjadi inkubator bahkan akselerator inovasi," imbuh peraih Asia Education Award di bidang “Outstanding Contribution in Education” dan “Educational Leader of The Year” di Thailand, akhir 2023 lalu.

Adapun perusahaan juga wajib terus menelurkan inovasi terutama dalam menghadapi tekanan finansial. Achmad juga menekankan perlunya pemimpin memiliki portofolio Innovation Architect, di mana seorang pemimpin mendorong inovasi di lembaga yang dipimpin.

Menurutnya, perusahaan harus mengembangkan strategi dan implementasinya, berpikir besar terhadap masa depan untuk menghasilkan inisiatif besar, dan menciptakan produk yang berdampak dan otentik.

"Sebuah inovasi diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi kapabilitas individu ataupun perusahaan, sehingga mampu beradaptasi dan bergerak lincah menghadapi kondisi di masa depan," kata Achmad yang akan meluncurkan buku 'Unleashing Innovation: How Organizations Can Cultivate Innovation Catalyst', Agustus 2024 nanti.

52