Home Internasional Kepala Dinas Rahasia AS Mengundurkan Diri Pasca Penembakan Trump

Kepala Dinas Rahasia AS Mengundurkan Diri Pasca Penembakan Trump

Washington, D.C, Gatra.com - Direktur Dinas Rahasia (Secret Service) AS Kimberly Cheatle mengundurkan diri setelah lembaga tersebut berada di bawah pengawasan ketat, atas kegagalannya menghentikan calon pembunuh yang melukai mantan Presiden Donald Trump dalam rapat umum kampanye, kata Gedung Putih pada Selasa (23/7).

Reuters, Selasa (23/7) melaporkan, Dinas Rahasia, yang bertanggung jawab atas perlindungan presiden AS saat ini dan mantan presiden, menghadapi tekanan setelah  seorang pria bersenjata berhasil menembaki Trump dari atap yang menghadap ke rapat umum luar ruangan di Butler, Pennsylvania pada 13 Juli.

"Tinjauan independen untuk mengungkap apa yang terjadi pada 13 Juli terus berlanjut, dan saya berharap dapat menilai kesimpulannya," kata Presiden Demokrat Joe Biden, dalam sebuah pernyataan. 

"Kita semua tahu apa yang terjadi hari itu tidak akan pernah terjadi lagi," tambahnya.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas menyebut Wakil Direktur Secret Service Ronald Rowe, seorang veteran di lembaga tersebut selama 24 tahun, akan diangkat sebagai penjabat direktur.

Secret Service menghadapi penyelidikan dari sejumlah komite kongres dan pengawas internal Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, organisasi induknya, atas kinerjanya. 

Biden, yang telah mengakhiri kampanye pemilihannya kembali, juga menyerukan pemeriksaan independen.

Cheatle menghadapi kecaman bipartisan ketika dia muncul di hadapan Komite Pengawasan DPR pada hari Senin, menolak untuk menjawab pertanyaan dari anggota parlemen yang kecewa tentang rencana keamanan untuk unjuk rasa dan bagaimana penegak hukum menanggapi perilaku mencurigakan dari pria bersenjata itu.

Beberapa anggota parlemen dari Partai Republik dan Demokrat telah meminta dia untuk mengundurkan diri. NBC News adalah yang pertama melaporkan bahwa Cheatle akan meninggalkan jabatannya.

Trump, kandidat presiden dari Partai Republik, mengalami luka tergores di telinga kanan dan seorang peserta rapat umum tewas dalam aksi penembakan. Pria bersenjata itu, yang diidentifikasi sebagai Thomas Crooks yang berusia 20 tahun sebagai pelaku, akhirnya ditembak dan dibunuh penembak jitu Secret Service.

"Meskipun pengunduran diri Direktur Cheatle merupakan langkah menuju akuntabilitas, kami memerlukan pemeriksaan menyeluruh tentang bagaimana kegagalan keamanan ini terjadi, sehingga kami dapat mencegahnya terulang di masa mendatang," kata ketua Republik dari Komite Pengawasan DPR, James Comer, dalam sebuah pernyataan. 

"Kami akan melanjutkan pengawasan kami terhadap Secret Service," tambahnya

Cheatle, yang telah memimpin badan tersebut sejak 2022, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa dia bertanggung jawab atas penembakan itu, dan menyebutnya sebagai kegagalan terbesar oleh Secret Service sejak Presiden Ronald Reagan ditembak pada tahun 1981.

Para pemimpin DPR mengatakan bahwa mereka berencana untuk membentuk satuan tugas bipartisan guna menyelidiki penembakan tersebut, pada hari Selasa.

Sebagian besar kritik difokuskan pada kegagalan mengamankan atap gedung industri tempat pria bersenjata itu bertengger, sekitar 140m dari panggung tempat Trump berpidato.

Atap gedung dinyatakan berada di luar perimeter keamanan Dinas Rahasia untuk acara tersebut. Sebuah keputusan yang dikritik oleh mantan agen dan anggota parlemen.

Cheatle memegang peran keamanan utama di PepsiCo ketika Biden mengangkatnya sebagai direktur Dinas Rahasia pada tahun 2022. Sebelumnya, ia mengabdi selama 27 tahun di lembaga tersebut.

Ia mengambil alih jabatan tersebut setelah serangkaian skandal yang melibatkan Dinas Rahasia, yang merusak reputasi lembaga elit dan tertutup tersebut.

Sepuluh agen Dinas Rahasia kehilangan pekerjaan mereka setelah terungkap bahwa mereka membawa wanita, beberapa di antaranya pelacur, kembali ke kamar hotel mereka menjelang perjalanan Presiden Barack Obama ke Kolombia pada tahun 2012.

Lembaga tersebut juga menghadapi tuduhan bahwa mereka menghapus pesan teks dari sekitar waktu serangan 6 Januari 2021 di US Capitol. Pesan-pesan tersebut kemudian dicari oleh panel kongres yang menyelidiki kerusuhan tersebut.

27