Jakarta, Gatra.com – Duet Muhidin - Hasnuryadi Sulaiman sangat potensial memenangkan kontestasi pemilihan gubernur Kalimantan Selatan (Pilgub Kalsel) pada November 2024 mendatang. Elektabilitas pasangan ini cukup kokoh untuk terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur jika tak ada tsunami politik.
Kesimpulan itu terlihat dari hasil survei terbaru dari lembaga survei LSI Denny JA terkait preferensi pemilih warga Kalsel terhadap sejumlah calon gubernur, wakil gubernur dan isu-isu politik lainnya.
Survei berlangsung dari tanggal 5-11 Juni 2024, menggunakan metodologi standar Multistage Random Sampling melalui wawancara tatap muka kepada 800 responden yang tersebar secara proporsional di seluruh kabupaten di Kalsel dengan margin of error 3,5%.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah mengatakan, jika tak ada tsunami politik seperti kandidat terjerat kasus besar yang diketahui mayoritas publik, kecurangan dan money politic, maka pasangan Muhidin – Hasnuryadi punya potensi kuat untuk memenangkan kontestasi politik lima tahunan di Kalsel.
“Merujuk pada data survei terbaru LSI Denny JA, potensi menang tersebut karena baik Muhidin maupun Hasnur sama-sama punya elektabilitas yang tinggi. Sebagai cagub, Muhidin unggul cukup jauh dari cagub lainnya. Begitu juga sebagai cawagub, Hasnur unggul dibanding cawagub yang lain,” kata Toto dalam keterangannya di Jakarta pada Rabu, 24 Juli 2024.
Toto mengungkapkan keunggulan Muhidin sebagai cagub terlihat dalam berbagai simulasi jumlah calon. Untuk 12 calon misalnya, Muhidin unggul dengan 27,8%, disusul Raudatul Jannah (Acil Odah) 15,3%, Zairullah 15,1%, Hasnuryadi 10,8%. Yang lainnya seperti Denny Indrayana, Ibnu Sina, Rosehan Noor dan Nasrullah di bawah 5%.
Yang menarik, kata Toto, dalam simulasi yang semakin mengerucut, misalnya 6 calon, elektabilitas Muhidin semakin naik, dari 27,8 ke 30,9%. Apalagi dalam simulasi head to head, Muhidin semakin meroket ke posisi elektabilitas diatas 40%. Toto mencontohkan simulasi dua calon, elektabilitas Muhidin tembus ke angka 50,9% saat berhadapan dengan Acil Odah yang hanya 26,5%.
Terjadi perlawanan sedikit saat Muhidin turun ke 48,4% berhadapan dengan Zairullah yang 30,0%. Ditambahkan Toto, keunggulan yang sama juga terjadi dalam simulasi berpasangan. Jika terjadi 3 pasangan calon, Muhidin – Hasnuryadi (44,6%), Zairullah – Ibnu Sina (23,5%) dan Acil Odah – Akhmad Rozanie (20,0%).
Kendati demikian, Toto mengingatkan bahwa data survei juga mengungkapkan, masih ada 54,1% pemilih yang berkategori soft supporter (pemilih cair). Yaitu, gabungan antara mereka yang sudah punya pilihan tapi bisa berubah dengan yang belum punya pilihan sama sekali.
“Jumlah pemilih yang mayoritas itulah, yang sering saya sebut sebagai lahan tak bertuan. Artinya, pemilih yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja. Termasuk, kandidat yang saat ini masih rendah elektabilitasnya,” jelasnya.
Sementara itu, lanjut Toto, sampai sekarang belum ada kandidat yang punya strong supporter tembus di angka 30%. Termasuk, Muhidin sendiri baru punya pemilih militan di 16,6%, Acil Odah 9,9%, Zairullah 7,6%, dan yang lainnya di bawah 5%.
“Dari data tersebut, sebenarnya masih terbuka peluang buat siapa saja untuk menang. Hanya, duet Muhidin-Hasnur lebih punya peluang besar. Apalagi, wakilnya, Hasnur punya tingkat kesukaan tertinggi, 88,9%. Masalahnya, Hasnur masih punya problem pengenalan yang baru 65%,” tegasnya.