Home Milenial PERSIS Tampil Terdepan Menjaga Kemajemukan dan Kerukunan NTT

PERSIS Tampil Terdepan Menjaga Kemajemukan dan Kerukunan NTT

Kupang, Gatra.Com - NTT dikenal juga sebagai Nusa Terindah Toleransi dan New Tourism Territory. NTT merupakan miniatur Indonesia yang beraneka ragam penduduk dengan latar belakang agama, suku, budaya dan adat istiadat dan hidup berdampingan dengan damai.

“Kerukunan beragama di NTT ini luar biasa. Wajar sehingga NTT disebut Nusa Terindah Toleransi. Walau dihuni banyak beragam suku, agama dan ras namun tetap menjunjung tinggi sikap sepenanggungan dalam kemajemukan serta selalu aktif dan terlibat dalam mendukung setiap program kerja pemerintah,” kata Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake saat membuka Musyawarah Wilayah II Persatuan Islam ( PERSIS) Provinsi NTT, Sabtu (27/7).

Atas nama Pemerintah Provinsi NTT Ayodhia menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Muswil II Persis wilayah II. Ini karena sebagai suatu organisasi umat muslim yang berupaya menegakan kembali ajaran Islam secara benar berdasarkan Al Quran dan Al Sunnah atau Hadit, Persis yang sudah berusia sekitar satu abad terus berkembang dan bertumbuh sesuai dengan perkembangan zaman.

“Persis ini seperti pelangi yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Memiliki warna-warni bidang keahlian, profesi dan afiliasi politik. Karena itu organisasi ini dapat tetap tumbuh sebagai salah satu organisasi keagamaan Islam yang lebih modern dan mampu menyebarkan ajaran-ajaran Al Quran dan Hadits yang memiliki nilai-nilai universal,” jelas Ayodhia.

Pemerintah lanjut Ayodhia senantiasa mengedepankan kerja kolaboratif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk umat beragama, para pemuka agama. Selain itu organisasi kemasyarakatan, serta tokoh masyarakat, dalam memberikan kontribusi dan partisipasi aktif dan nyata dalam pembangunan.

“Kita dilahirkan, tumbuh dan hidup di tanah NTT, Nusa Terindah Toleransi. Untuk itu mari kita terus menjaga ciri khas dan kekuatan besar yang kita miliki. Ini agar semangat persaudaraan dan toleransi kita tidak dapat tergerus oleh provokasi yang mengancam persaudaraan serta kemajuan dan perkembangan zaman yang semakin kompleks,” tegas Ayodhia.

Sementara itu, Pimpinan MUI NTT yang di wakili oleh Ketua Bidang Hukum dan HAM Anwar Pua Geno mengatakan bahwa untuk memperkuat Persatuan dan Kesatuan bangsa dengan latar belakang keragaman agama dan budaya yang ada di NTT perlu adanya toleransi antar sesama dengan saling menghormati satu sama lainnya.

“Ini untuk menangkal adanya terorisme dan radikalisme atas nama agama yang dapat merusak persaudaraan umat beragama, sehingga dapat mewujudkan NTT sebagai Nusa Terindah Toleransinya,” kata Anwar Pua Geno.

“Persatuan umat Islam bukan hanya untuk umat Islam saja, akan tetapi untuk semua dengan memberikan sumbangsih yang besar untuk kemajuan dan pembangunan NTT yang lebih baik,” tambah Anwar.

Sementara itu Pimpinan Pusat (PP) Persis Prof Atip Latifulhayat, SH., LL.M., PhD yang juga hadir pada kesempatan tersebut mengungkapkan suatu kehormatan dan bangga dapat hadir di NTT untuk pertama kalinya dam Muswil II ini.

“Suatu kehormatan untuk kali pertama saya hadir di NTT, terlebih sahabat saya, Bapak Ayodhia Kalake juga bertugas sebagai Penjabat Gubernur NTT. Semoga hasil dari musyawarah wilayah Persis ini dapat membuahkan hasil yang baik bagi kehidupan, kesejahteraan dan pembangunan di daerah ini,” kata Prof Atip Latifulhayat.

Menurut Atip Persis adalah salah satu organisasi Islam tertua yang didirikan pada 12 September 1923 silam. Persis bisa dikatakan sebagai salah satu organisasi lokomotif pembaharuan Islam di Indonesia. Peran Persis sebagai pembaharu Islam bisa dilihat dari sudut pemikiran keagamaan.

“ Di titik ini ditemukan arti penting Persis dalam perjalanan sejarah bangsa, khususnya umat Islam Indonesia. Narasi Persis juga adalah narasi intelektual dengan pengajaran yang rasional seperti ungkapan bahwa Islam itu agama yang fitrah,” Jelas Prof. Atip.

Lebih lanjut Atip juga menjelaskan seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, khususnya mewabahnya media sosial dewasa ini, banyak umat Muslim yang sudah kurang tertarik dalam mengilhami nilai-nilai Islam. Nilai-nilai ajaran Islam juga mulai tergerus, dan akhlak manusia juga mulai merosot

“Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi tidak bisa disangkal. Munculnya dunia digita, antaranya media sosial menyebkan banyak umat muslim yang sudah kurang tertarik dalam mengilhami nilai-nilai Islam. Karena itu melalui Muswil ini diuharapkan Persis memainkan peran agar umat muslim tidak terlalu terpengaruh dan larus dalam dunia teknologi digital ini,” tegas Atip.

“Oleh karena itu, kita tidak boleh kalah, kita harus selalu hadir melalui nilai-nilai keislaman yang benar dalam berbagai bidang dan memberikan sumbangsih positif bagi sesama kita, juga bagi pembangunan,” tambah Atip.

 

 

 

93