Home Gaya Hidup Mitologi 7 Mata air Suci dalam Grebeg Onje Purbalingga

Mitologi 7 Mata air Suci dalam Grebeg Onje Purbalingga

Purbalingga, Gatra.com – Grebeg Onje identik dengan ritual pengambilan mata air dari tujuh belik yang terdapat di Desa Onje Kecamatan Mrebet, Purbalingga. Air dari tujuh mata air ini digunakan sebelum memasuki Ramadan.

Pengambilan air suci di tujuh mata air ini pun tak dilakukan sembarangan. Air diambil oleh tujuh pasangan lelaki dan perempuan yang disertai rombongan. Seusai mengambil air suci, ketujuh pasangan dan rombongannya bertemu di halaman Masjid Raden Sayyid Kuning. Lantas, secara bersamaan, mereka kembali berjalan kaki ke Balai Desa Onje untuk prosesi saserahan (penyerahan) air suci kepada Bupati Purbalingga.

Air suci dalam kendi lantas diarak menuju alun-alun Onje. Di alun-alun inilah air suci dari tujuh mata air akan disatukan ke dalam kendi besar.

Budayawan Purbalingga, yang juga koordinator prosesi pengambilan air, Teguh Purwanto, mengungkapkan bahwa lereng hutan yang asri membuat Desa Onje memiliki banyak mata air. Akan tetapi, hanya tujuh mata air keramat  yang diambil airnya untuk ritual Grebeg Onje.

Tujuh mata air inilah yang dianggap paling bertuah. Mitos dan legenda menaungi ketujuh mata air yang begitu dilindungi warga ini. Tujuh mata air itu adalah Belik Sidomas, Belik Daor, Belik Pancur, Belik Nagasari, Belik Muli, dan Belik Gondok.

“Secara mitologi, ketujuh mata air tersebut memiliki sejarahnya masing-masing. Seperti Belik Sidomas dulu tempat untuk mandi ratu, dan  istri-istri bupati,” kata Teguh, beberapa waktu lalu.

Ada pula Belik Daor. Di antara tujuh mata air yang diambil air sucinya itu, belik ini merupakan belik tertua. Belik ini diyakini merupakan cikal bakal peradaban Onje.

Cerita  Belik Sendang Pancur beda lagi. Belik ini dipercaya bertuah untuk pasangan suami-istri yang belum dikaruniai keturunan. Syahdan, suatu ketika, Raden Sayyid Kuning kedatangan sepasang tamu. Mereka adalah pasangan suami istri yang telah menikah tujuh tahun tapi belum memiliki anak.

Singkat cerita, oleh Raden Sayyid Kuning, mereka dimandikan di sendang ini. Tak berapa lama, si istri hamil dan lantas melahirkan bayi. Mitologi lainnya berkembang di Belik Pancur. Belik ini terhubung dengan dengan bukit Jati Gagas. Kisah kepahlwanan dan kesaktian berkembang di belik ini.

Konon, belik ini pada masa lalu digunakan untuk memandikan para prajurit taruna yang selesai ujian kedigdayaan. Setelah lulus, mereka  dimandikan di belik ini. “Kalau Belilk Muli dulu digunakan mandi para seniman, seperti seniman lengger dan kuda lumping. Sebelum pementasan di Kadipaten, mereka mandi dulu di sana,” ujarnya.

Dua belik tersisa juga memiliki mitologinya sendiri. Belik Naga Sari digunakan oleh para resi atau kiai sebelum beribadah. Adapun Belik Gondok adalah mata air yang muncul dari hasil ritual Ki Tepus Rumput.

“Ki Tepus Rumput, setelah menjalankan puasa tujuh hari tujuh malam,  menginjakkan kaki ke tanah tiga kali maka munculah Belik Gondok,” dia mengungkapkan.

Di luar legenda, mitologi dan sejarah mata air Onje, secara langsung mata air juga sangat penting bagi warga. Hingga saat ini, mata air itu digunakan untuk keperluan sehari-hari dan pengairan pertanian.

Teguh berharap, Grebeg Onje membuat warga tak lupa dengan asal-usulnya. Grebeg Onje adalah napak tilas sejarah peradaban Purbalingga pada masa silam. “Ibarat sebuah pohon, ia tidak akan meninggalkan akar dan batangnya. Akar merupakan sejarah masa lalu, sedangkan batang adalah masa sekarang,” katanya.

2339