Jakarta, Gatra.com - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memutuskan untuk memangkas proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,9% pada tahun ini. Angka ini turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,2%.
Lebih jauh, OECD juga memangkas proyeksi pertumbuhan tahun depan dari yang awalnya diprediksi mencapai 3,4%, menjadi 3% saja.
Menurut Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, peringatan OECD itu ditujukan bagi Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS). Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan yang cukup optimis.
"Kalau masih positif masih punya ruang [tumbuh]," kata Darmin kepada wartawan, di kantornya, Jumat (20/9).
Selanjutnya, kata mantan Gubernur Bank Indonesia ini, kebijakan moneter akan kehilangan kemampuannya apabila tingkat bunganya nol atau kurang.
"Jadi selama masih di atas itu kebijakan moneter masih berfungsi untuk mempengaruhi. Artinya, termasuk bisa mengantisipasi apa yang dilakukan negara lain, Amerika menurunkan policy rate, kalau kita tidak turunkan, kita terlalu tinggilah," ia menjelaskan.
Dengan kebijakan penurunan suku bunga BI, lanjutnya, sekaligus mendorong masyarakat untuk meningkatkan pinjaman ke bank untuk melalukan usaha secara umum maupun investasi properti.
Dari segi fiskal, menurut Darmin, pemerintah juga sedang menyiapkan omnibus law untuk perizinan, sehingga dampak bauran kebijakan akan mulai dirasakan masyarakat. Meski begitu, Darmin belum mau merinci aturan mana saja yang akan direlaksasi oleh pemerintah untuk mendukung kebijakan monetor BI.
"Lihat aja substansinya, masa saya harus terangkan semua," katanya.