Batam, Gatra.com - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri Musni Hardi K. Atmaja mengatakan, dalam mencermati perkembangan ekonomi global dan nasional yang terdampak oleh penyebaran Covid-19, pertumbuhan ekonomi Kepri pada tahun 2020 diperkirakan akan mengalami perlambatan.
Perlambatan itu, kata Musni, akan terjadi pada lapangan usaha utama yang terdampak dari berkurangnya jumlah wisatawan, terganggunya pasokan bahan baku untuk industri, penurunan daya beli dan penundaan investasi.
Kondisi tersebut diperparah oleh larangan bepergian ke luar negeri yang dikeluarkan oleh negara utama asal wisatawan Kepri seperti China, Singapura dan Malaysia sangat mempengaruhi tingkat hunian hotel, penjualan ritel, transportasi serta jasa perjalanan wisata secara signifikan.
“Secara keseluruhan perekonomian Kepri tahun 2020 diperkirakan akan tumbuh melambat pada kisaran 4,0 – 4,4 persen yoy, dengan asumsi penyebaran COVID-19 dapat segera teratasi dan berlangsung hanya sampai Q2 2020, selanjutnya pada Q3 mulai memasuki masa pemulihan,” katanya, Selasa (5/5) di Batam.
Namun apabila penyebaran Covid-19 pada semester II Tahun 2020 masih berlanjut, Musni perpendapat, maka pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2020 diperkirakan berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,0 – 2,4 persen yoy.
Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada tahun 2019 diketahui mencapai 4,89 persen year yo year (yoy), angka itu lebih tinggi dari tahun 2018 yang hanya tercatat sebesar 4,58 persen yoy. Capaian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kepri masih terjaga setelah mengalami perlambatan di tahun 2017.
Komponen Investasi, Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor masih menjadi pendorong utama perekonomian Kepri di tahun 2019. Sementara dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi Kepri terutama didorong oleh LU Industri Pengolahan, LU Konstruksi, LU Pertambangan dan Penggalian, serta LU yang terkait dengan sektor pariwisata seperti perdagangan, penyediaan akomodasi dan makan minum.
Ia menambahkan, penurunan inflasi terus berlanjut pada awal 2020 ditandai dengan inflasi bulanan (mtm) pada periode Januari – April 2020 yang lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi bulanan selama 3 tahun terakhir.
Musni Hardi mengatakan, Bank Indonesia Kepri memperkirakan inflasi Prov. Kepri pada tahun 2020 masih terkendali pada kisaran sasaran inflasi 3 + 1%.
Hal tersebut tentunya didukung dengan koordinasi dan sinergi yang kuat di antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan, serta langkah-langkah pada masa pandemi COVID-19 yang terus mengimplementasikan rencana aksi 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif).
“Koordinasi juga dilakukan untuk mengendalikan inflasi pada bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri 1441 H” ujar Musni Hardi.
Dalam rangka mendukung pencegahan penyebaran Covid-19, Musni menilai, Bank Indonesia sebagai otoritas di bidang Sistem Pembayaran menghimbau masyarakat untuk meningkatkan penggunaan transaksi secara non tunai atau digital seperti melalui kartu debit, mobile banking, uang elektronik termasuk diantaranya penggunaan QR Code Indonesian Standard (QRIS) dimana satu QR Code dapat digunakan untuk seluruh transaksi pembayaran.
“Bank Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai tersebut pada masa pandemi Covid-19 yaitu melalui pembebasan biaya pemrosesan transaksi menggunakan QRIS, penurunan biaya dan penyesuaian jadwal pelaksanaan kliring,” tuturnya.
Dalam hal ini, BI telah melonggarkan kebijakan kartu kredit antara lain menurunkan batas atas suku bunga kartu kredit, penurunan batas minimal angsuran kartu kredit dan denda keterlambatan, serta mendorong akselerasi penyaluran dana bansos Pemeritah secara non tunai.