Home Kesehatan RSUI Berhasil Operasi PPJ Tanpa Bekas Sayatan

RSUI Berhasil Operasi PPJ Tanpa Bekas Sayatan

Jakarta, Gatra.com – Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berhasil melakukan operasi Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) tanpa bekas sayatan. Tindakan tersebut dilakukan dengan teknik terbaru yakni Transurethral Enucleation and Resection of the Prostate (TUERP).

Pembesaran Prostat Jinak selama ini biasanya terjadi pada pria dewasa di atas usia 50 tahun. Kondisi ini memiliki gejala gangguan berkemih, seperti peningkatan jumlah berkemih harian (siang dan malam), gangguan pancaran berkemih, nyeri saat berkemih, perlunya mengejan saat berkemih dan bahkan tidak dapat berkemih sama sekali. 

Pada mayoritas kasus, keluhan penderita PPJ dapat diterapi dengan pengobatan yang rutin dan melakukan pola hidup sehat. Namun, tidak sedikit juga yang memerlukan terapi operatif agar dapat mengurangi ukuran prostat serta melebarkan saluran kemih bagian bawah. Umumnya, dilakukan tindakan operasi PPJ dengan operasi Transurethral Resection of Prostate (TURP).

Kini, pelayanan Urologi di RSUI sudah dapat melakukan operasi prostat dengan cara minimal invasif atau tanpa bekas sayatan, yakni dengan teknik terbaru Transurethral enucleation and resection of the prostate (TUERP). Teknik TUERP berbeda dengan TURP. Keduanya berbeda dari sisi pengurangan volume prostat. 

Pada TURP, prostat dilakukan “pengerokan” semaksimal mungkin tanpa mengetahui area batas (kapsul) prostat, sehingga dapat menyisakan kelenjar prostat. Sedangkan TUERP menggunakan teknik yang dapat memisahkan batas alami antara prostat dan kapsulnya, sehingga kelenjar prostat dapat diangkat secara keseluruhan.

Adapun operasi TUERP menggunakan alat berupa teropong, sehingga tidak meninggalkan luka. Teropong akan dimasukkan melalui saluran kemih saat pasien dalam pembiusan dan mengeluarkan jaringan prostat yang menyebabkan penyumbatan. 

Operasi ini diindikasikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih berulang, Buang Air Kecil (BAK) berdarah berulang, batu kandung kemih, penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh penyumbatan akibat PPJ dan perubahan patologis pada kandung kemih serta saluran kemih bagian atas.

Sementara itu, dr. Dyandra Parikesit, mengatakan bahwa tindakan operasi PPJ dengan teknik TUERP memiliki beberapa kelebihan dibanding teknik TURP. 

“Teknik TUERP diketahui memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan TURP, seperti lebih banyak jaringan yang dapat diambil, kebutuhan transfusi pascaoperasi yang lebih rendah serta pancaran kemih dan keluhan yang lebih baik. Pasien juga tidak memerlukan sayatan sehingga waktu penyembuhan lebih baik dan waktu rawat lebih singkat,” ujar Dokter Spesialis Urologi yang rutin melakukan operasi TUERP di RSUI dakam siaran pers pada Ahad (30/5).

Dyandra menjelaskan, bahwa lama pengerjaan operasi TUERP sekitar 1-2 jam. Pasien akan dipasang kateter atau alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan biasa digunakan pasien untuk membantu mengosongkan kandung kemih, selama 3 hari pascaoperasi. 

Pada hari ketiga, diharapkan kateter sudah dapat dilepas dan pasien dapat menjalani rawat jalan. Meski proses penyembuhan tidak memerlukan waktu yang lama, setelah operasi TUERP, pasien disarankan untuk menghindari kegiatan berat selama 10-14 hari ke depan.

“Operasi TUERP yang dilakukan di RSUI sudah menggunakan teknik terkini dengan peralatan terbaik agar dapat memberikan manfaat dan hasil untuk pasien yang maksimal.” terangnya.

Di samping itu, menurut data penelitian, pada pria di bawah usia 40 tahun juga dapat mengalami pembesaran kelenjar prostat, tetapi jarang menimbulkan tanda dan gejala. Sekitar sepertiga pria mengalami gejala sedang hingga berat pada usia 60 tahun dan lebih dari setengahnya terjadi pada usia 80 tahun.
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan PPJ di antaranya penuaan, faktor keturunan yakni memiliki keluarga seperti ayah atau saudara laki-laki dengan PPJ, berarti akan lebih mungkin memiliki keluhan pembesaran kelenjar prostat. 

Selain itu, diabetes dan penyakit jantung. Dalam penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dengan diabetes, penyakit jantung dan penggunaan beta blocker (obat jantung) dapat meningkatkan risiko PPJ. Gaya hidup, obesitas atau kegemukan juga meningkatkan risiko PPJ.

Estimasi biaya operasi TUERP di RSUI beragam. Bagi masyarakat yang ingin menggunakan jaminan pemerintah, kini RSUI sudah dapat melayani pasien rujukan dengan jaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Penerimaan pasien sesuai dengan sistem rujukan berjenjang berdasarkan ketentuan dari BPJS Kesehatan.

Selain itu, RSUI juga terus memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Dengan teknik operasi terkini dan teknologi yang canggih, RSUI memastikan tindakan operasi dilakukan secara aman. Bagi para pria yang sudah berumur di atas 50 tahun dan mengalami gangguan kencing, segeralah konsultasikan dengan dokter urologi.

599

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR