Home Lingkungan Indonesia-AS Sepakati Langkah Melindungi Stok Perikanan dan Ekonomi Nelayan

Indonesia-AS Sepakati Langkah Melindungi Stok Perikanan dan Ekonomi Nelayan

Jakarta, Gatra.com – Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui USAID Supporting Nature and People—Partnership for Enduring Resources (USAID SNAPPER), telah bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak 2016 merintis penggunaan teknologi untuk mengukur, memantau, dan mengelola stok ikan-ikan berharga.

Dengan bekal kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) serta didukung kemitraan publik-swasta yang inovatif, Pemerintah Indonesia melalui KKP mendapatkan data yang akurat, memprioritaskan perdagangan ikan yang layak tangkap, serta membuat rencana konkret untuk pengelolaan perikanan kakap dan kerapu berkelanjutan.

Diketahui, USAID SNAPPER telah membantu KKP meningkatkan pengelolaan sumber daya alam di 26,5 juta hektare kawasan biologis penting. Dengan dukungan USAID, KKP mengembangkan Keputusan Menteri (Kepmen) tentang Lembaga Pengelola Perikanan yang dapat memperkuat implementasi rencana pengelolaan perikanan.

Program USAID SNAPPER juga telah melatih lebih dari 900 orang mengenai metode pengumpulan data hasil tangkap, ukuran, dan spesies untuk perikanan kakap dan kerapu serta melaksanakan program pengumpulan data di atas kapal di 11 wilayah pengelolaan perikanan, guna menyediakan data yang akurat terkait 50 spesies teratas perikanan kakap-kerapu laut dalam.

Selain itu, USAID SNAPPER juga mengembangkan basis data dan sistem pelaporan yang telah diadopsi oleh KKP untuk pengelolaan perikanan kakap dan kerapu laut dalam. “Pemerintah AS antusias bisa mendukung tujuan Pemerintah Indonesia menciptakan ekosistem laut yang sehat dan dikelola dengan baik serta melindungi pasokan ikan berkelanjutan dan mata pencaharian para nelayan,” kata Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia, Brian Dusza.

Brian menambahkan, USAID SNAPPER juga melibatkan peran serta sektor swasta dan memberikan pelatihan kepada para nelayan dalam mengumpulkan data berharga tentang ketersediaan stok ikan serta pelacakan kegiatan penangkapan ikan sekaligus membantu mereka tetap aman saat melaut.

Indonesia merupakan produsen kakap dan kerapu terbesar di dunia, menangkap 119.000 metrik ton ikan setiap tahun untuk memasok pasar dunia. Industri perikanan Indonesia mempekerjakan lebih dari tujuh juta orang dan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional serta menopang mata pencaharian 60 persen penduduk Indonesia.

“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung keberlanjutan sektor perikanan dengan memperhatikan nilai ekologi dan ekonomi dalam pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Indonesia, salah satunya melalui pengembangan dan penerapan Harvest Strategy untuk perikanan kakap dan kerapu,” kata Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Ridwan Mulyana.

Dengan dukungan USAID, KKP mengembangkan rencana pengelolaan perikanan nasional dan strategi panen untuk perikanan kakap dan kerapu laut dalam. Program tersebut berkonsultasi dengan masyarakat dan perusahaan perikanan untuk mencegah penangkapan ikan yang berlebihan dan untuk meningkatkan regulasi dan kendali perikanan, misalnya dengan membatasi jumlah kapal yang diizinkan menangkap ikan di wilayah tertentu selama waktu tertentu.

Melalui Global Development Alliance, USAID bermitra dengan David and Lucile Packard Foundation dan Walton Family Foundation untuk mendanai USAID SNAPPER. Lebih lanjut, USAID SNAPPER memberikan pelatihan dan insentif kepada perusahaan perikanan untuk memaksimalkan penerapan langkah-langkah keberlanjutan secara sukarela.

Melalui program peningkatan perikanan, enam perusahaan pengolahan ikan telah berkomitmen untuk membagikan data rantai pasokan dan membatasi pembelian ikan yang belum dewasa hingga maksimum lima persen—memberi kesempatan lebih banyak ikan berkembang biak—dan mendapatkan sertifikasi Marine Stewardship Council.

171