Jakarta, Gatra.com – Festival Musikal Indonesia (FMI) untuk pertama kalinya akan digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada 20-21 Agustus 2022 mendatang.
Festival ini merupakan inisiasi yang diselenggarakan oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek untuk membuat drama musikal lebih familiar di benak publik. Kemendikbudrsitek bekerja sama dengan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) dalam menggelar festival ini.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menjelaskan betapa pentingnya penyelenggaraan festival ini, terutama beriringan dengan makin berkembangnya teknologi dan kebangkitan publik dari pandemi.
“Kita sekarang banyak berdiskusi dan banyak peluang-peluang itu jadi lebih nyata. Ini untuk kepentingan seniman, pelaku budaya. Harapannya besar, sama-sama untuk memajukan kebudayaan kita, terutama identitas kita, maksudnya membela identitas kelokalan kita,” kata Ahmad dalam konferensi pers virtual, Selasa, (7/6).
“Apakah ini akan menjadi program tahunan? Keinginan saya iya. Segala sesuatunya harus dalam konteks lokal. Ilmunya boleh dari luar, tapi ke-Indonesia-an itu menjadi sangat penting. Wadah ini yang ktia harapkan membawa kebaruan tanpa meninggalkan kelokalan. Nilanya tidak boleh hilang, tapi juga tidak boleh terlalu pakem,” ungkapnya.
Direktur Festival Musikal Indonesia (FMI), Rusdy Rukmarata, menjelaskan mengapa festival ini harus digelar. “Untuk merangsang suatu saat industri musikal ini jangan kita mengarah ke Broadway, tapi Broadway itu jadi ada di Indonesia. Menurut saya, itu mungkin sekali dengan kekayaan budaya yang kita punya,” ujanya.
Rusdy kemudian menjelaskan konsep festival ini. Ia mengatakan bahwa festival akan dibagi ke dua hari. Di masing-masing hari, penonton akan dimanjakan dengan pertunjukan drama musikal berdurasi 30 menit dari berbagai komunitas musikal yang ada di Indonesia.
Ia tak menampik bahwa musikal berdurasi 30 menit tidak terlalu lama. Akan tetapi, ia menjelaskan bahwa memang begitulah konsep yang akan diusung. Penonton akan disuguhkan musikal yang beragam. Komunitas-komunitas yang akan tampil di antaranya adalah Artswara, EKI Dance Company, FlodanzSoka, Jakarta Movin, Kampus Betawi, Swargaloka, dan Teman Production.
Penulis dan penyanyi Reda Gaudiamo juga ikut terlibat dalam penyelenggaraan festival ini. Kali ini ia berperan sebagai salah satu produser. Ia mengaku kalau ini adalah kedua kalinya menjadi produser musikal setelah memproduseri Miss Kadaluarsa belasan tahun lalu.
Reda menjelaskan mengapa festival ini penting untuk dijalankan. “Ini untuk melihat minat anak-anak Indonesia terhadap musikal. Anak muda Indonesia harusnya tahu tentang sejarah musikal Indonesai yang panjang. Dulu namanya sendratari, yang tentu di dalamnya juga ada musik,” kata Reda.
“Selain mereka tahu Broadway, mereka juga harus tahu roots musikal kita yang perjalanannya cukup panjang. Jadi kenapa enggak sekalian kita kenalkan?” imbuh Reda.
Sementara Produser FMI lainnya sekaligus Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta, Yola Yolfianti, mengungkapkan bahwa pihaknya harus cermat memanfaatkan kesempatan yang ada, terutama dalam konteks pandemi yang sedang mereda.
“Kami di Komite Tari melihat gejala yang timbul di seniman dan gercep karena situasinya sekaran sudah menuju endemi. masa sih kita dari Komite Tari nggak ikut serta?” ungkap Yola.
Menurutnya concern terhadap ekosistem itu penting. "Tari itu luar biasa progresif selama pandemi, didukung bagaimana teknologi berkembang,” tambah Yola.