Home Nasional Sebulan Berlayar, Laskar Rempah Merapat di Surabaya

Sebulan Berlayar, Laskar Rempah Merapat di Surabaya

Surabaya, Gatra.com - Pelayaran Laskar Rempah yang dimulai dari awal Juni dan menempuh beberapa titik jalur rempah di Indonesia telah tiba kembali ke Surabaya. Mereka mendarat di Dermaga Madura, Koarmada II, Surabaya pada Jumat sore (1/7). Laskar Rempah merupakan sebutan untuk para peserta pelayaran yang terlibat dalam rangka Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022.

Rombongan berlayar di atas Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci, selama 30 hari. Terdiri dari 147 pemuda pilihan dari berbagai daerah di Indonesia yang terbagi dalam empat kelompok (batch). Setiap kelompok dinamai sesuai dengan tema rempah yang menjadi tujuan perjalanan. Kelompok pertama merupakan dinamai “Lada”, terdiri dari 35 orang yang berlayar menyusuri sejarah penyebaran rempah dari Surabaya ke Makassar.

Kelompok kedua terdiri dari 37 orang yang berlayar menyusuri wilayah Makassar, Baubau, Buton, dan Ternate. Mereka disebut sebagai kelompok “Cengkeh”. Selanjutnya ada kelompok “Pala” yang terdiri dari 37 orang berlayar dari Tidore, Ternate, dan menepi di Kupang. Terakhir ada kelompok “Cendana” yang beranggotakan 38 orang, berlayar dari Kupang dan merupakan kelompok yang juga kembali ke Surabaya.

Sebelum berkelana di perairan, pemuda yang tergabung dalam laskar rempah harus melalui beberapa seleksi. Prosesnya meliputi seleksi administrasi dan penilaian dari juri.

“Kalau dari sistem seleksinya sendiri kita bekerja sama dengan pemda [di] 34 provinsi. Nah, mereka ini melalui seleksi itu ya,” ujar Kurator Muhibah Budaya Jalur Rempah, Rama Soeprapto.

Tujuan dari pelayaran Laskar Rempah ini adalah untuk mengenalkan ragam budaya dan kearifan lokal di daerah lintasan jalur rempah. “Perjalanan budaya ini ingin menegaskan bahwa jejak rempah Indonesia telah menjadi ikon budaya yang mendunia, menjadi jalur diplomasi bidang kebudayaan, dan solusi jangka panjang yang menjadikan budaya sebagai pendorong pembangunan berkelanjutan,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid saat menunggu kedatangan KRI Dewaruci.

Menurut Hilmar, melalui kegiatan-kegiatan seperti ini bangsa Indonesia akan melihat berbagai jejak yang ditinggalkan dari perdagangan rempah pada masa lalu dalam berbagai bentuk akulturasi budaya, berdirinya benteng, terciptanya wastra, kesenian, dan lainnya. “Kita rekonstruksi kembali fakta sejarah tersebut, ketersambungan budaya di titik dan simpul yang kita singgahi. Kita tumbuhkan kembali kebanggaan akan jati diri bangsa terutama pada generasi muda dengan mengikutsertakan mereka pada kegiatan ini,” ucap Hilmar.

Pangkoarmada II Laksda TNI TSNB Hutabarat dalam sambutannya juga menuturkan tujuan dari pelayaran ini. Menurutnya, program Laskar Rempah bertekad keras dalam menghidupkan kembali ingatan bangsa Indonesia akan peran masyarakat Nusantara dalam pembentukan jalur rempah, mendokumentasikan peran mereka di berbagai wilayah perdagangan rempah, dan merekonstruksi serangkaian benang merah dalam satu bangunan sejarah.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effeendi turut hadir menyambut kedatangan Laskar Rempah di pangkalan TNI AL sore itu. Ia menyatakan bahwa Jalur Rempah sendiri memiliki peran yang sangat penting baik bagi dunia ataupun Indonesia.

"Jalur rempah yang dikenal sejarah sebagai jaringan perdagangan terbesar dunia menciptakan simpul-simpul ke-Indonesiaan antarwilayah di Nusantara dan menjadikan Indonesia sebagai wilayah stratgeis dalam perdagangan dunia,” ujar Muhadjir ketika menjelaskan.

Menurutnya, jalur rempah memiliki sejarah yang panjang. “Sebagaimana kita tahu kalau Cina itu memiliki Jalur Sutra, Indonesia memiliki namanya Jalur Rempah. Kita tahu penemuan terakhir, diketemukan di dalam mumi dalam piramida yang diketemukan di Mesir, itu ada unsur rempahnya yang dari Indonesia, yaitu ‘barus’. Pohon barus itu getahnya dideres, itu adalah bahan wewangian dan memiliki kualitas yang sangat tinggi untuk mengawetkan,” jelas Muhadjir.

Sesaat sebelum turun dari geladak kapal, Laskar Rempah disambut dengan musik gamelan dan tari Gandrung. Pentas seni ini dipersembahkan oleh Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta, Surabaya, bersama dengan beberapa seniman asal banyuwangi. Pementasan dillanjutkan dengan drama tari “Bima Kroda” yang menampilkan sosok Bima dengan beberapa barongan.

Program Muhibah Budaya Jalur Rempah ini diselenggarakan oleh Kemendikbudristek bekerja saama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), pemerintah daerah, serta berbagai komunitas budaya.

116