Jakarta, Gatra.com - Samuel Hutabarat, ayahanda dari almarhum Brigadir J, mengungkapkan apa saja cerita dari Brigadir J untuk keluarganya sebelum meninggal dunia usai mengikuti wisuda di Universitas Terbuka Convention Center, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa (23/8).
Samuel menceritakan almarhum Brigadir J dengan sapaan “Abang” sempat menceritakan bahwa IPK semasa ia berkuliah cukup memuaskan dan adanya pergeseran waktu wisuda dari bulan Juni ke Agustus. Almarhum Brigadir J bercita-cita ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni S2 kepada keluarganya.
“Semasa hidupnya, di bulan awal tahun kemarin, memang dia cerita ada bocoran, ‘pak, mak,’ sama kami. ‘IPK saya agak lumayan. Saya mungkin diwisuda bulan 6, rupanya bergeser waktu jadi bulan 8. Masuk awal, kami panggil Yosua, kami panggil si Abang, saya Pak harus melanjut S2. Itulah cita-cita dia, harus melanjut S2 di Universitas Terbuka. Kami mendorong semua cita-cita almarhum pada saat itu,” cerita Samuel.
Pada saat bertugas di kepolisian, Samuel mengingat bahwa almarhum mendapat penghargaan dari Wakapolri Idham Aziz pada 2020 silam. Berkat penghargaan tersebut, ada peluang untuk almarhum Brigadir J melamar menjadi perwira Polisi. Keluarganya sangat mendukung keputusannya dalam berkarier sebagai Polisi, namun ajal sudah menjemput.
Selain cita-cita ingin melanjutkan S2 dan melamar menjadi perwira Polisi, Samuel melanjutkan cerita dengan rencana berupa cita-cita almarhum putranya, yakni menerima ijazah sarjana hukum dan menikahi kekasihnya.
“Yang belum tercapai itulah dia masuk perwira ajal sudah menjemput dia. Dua hal belum dia tercapai sudah dia dipanggil Tuhan. Satu, dia belum dapat ijazah SH-nya. Yang kedua dia rencana di tahun depan ingin menikah,” ungkap Samuel.
Ketika ditanyakan perasaan Samuel sebagai orang tua seperti apa menerima ijazah putranya yang telah tiada oleh awak media, Samuel menjawab, “Kita selaku orang tua sangat terharu kita mengingat membesarkan almarhum, mulai dari kecil hingga di akhir hidupnya," terangnya.
Ia pun menambahkan, dirinya kembali mengingat semua perjuangan dirinya sebagai orang tua. "Apalagi kami boleh dibilang bukan orang berada. Bisa kami bina dia dengan bimbingan Tuhan. Inilah kesedihan yang kami rasakan. Saya rasa secara pribadi maupun secara keluarga besar, sesudah dia berjuang untuk mendapat sarjanannya saya yang menggantikan almarhum, sangat sedih, sangat sedih,” ucapnya penuh haru.
Namun, atas semua yang sudah terjadi Samuel tidak kecewa telah memasukkan anaknya ke Polri.
“Tadi ada pertanyaan menyesal enggak masukkan anak ke polisi. Kami sangat cinta polisi. Saking cintanya kami sama polisi, anak saya almarhum itu lulus murni tanpa uang, jelasnya.
"Yang di bawahnya perempuan Tuhan belum mengizinkan sampai bang Tohir masuk di polwan tahun 2016 sambil pantohir dia bisa. Yang paling bungsu sekarang sudah tugas di Polda Jambi. Itulah saking cintanya kami sama polisi, kami sangat mencintai polisi. Anak saya dengan almarhum sudah bertugas semua. Semua ini berkat dari Tuhan, bukan karena kekuatan orang,” Samuel menambahkan.