Home Ekonomi Perkenalkan Ekosistem 3D Printing, AXI Bidik Industri hingga Pelaku Usaha Kreatif

Perkenalkan Ekosistem 3D Printing, AXI Bidik Industri hingga Pelaku Usaha Kreatif

Jakarta, Gatra.com - PT Astragraphia Xprins Indonesia (AXI) resmi memperkenalkan produk baru bisnis pencetakan tiga dimensi (3D printing). Peluncuran 3D printing menjadi inisiatif bisnis baru bagi entitas anak PT Astra Graphia Tbk itu. Perusahaan kini membidik kolaborasi bersama berbagai pemangku kepentingan mulai dari pelaku 3D printing service, dealer, desainer/kontributor 3D, komunitas UMKM, hingga institusi pendidikan dan pemerintahan.

Direktur PT Astragraphia Xprins Indonesia, K. Teguh Santosa mengatakan, AXI optimis bisnis baru 3D printing menjadi peluang bisnis yang memberikan nilai tambah kepada pelanggan guna mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan. “Kami memperkenalkan dan menghadirkan berbagai mitra kolaborasi sebagai bentuk kesiapan kami dalam memperkuat ekosistem bisnis 3D printing yang telah AXI bentuk,” ucap Teguh Santosa.

Ia berharap, kolaborasi tersebut akan memacu semangat banyak pihak dalam mewujudkan pasar 3D printing serta membawa manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan dari sektor personal, komersial, dan industri. Teguh menyampaikan, kalkulasi bisnis 3 D printing secara global sangat baik yakni berada di kisaran 30%.

“Kalau di Asia Pasifik itu sekitar 24% pertumbuhannya untuk printer 3 D. Dan memang majority masih [pemanfaatan] di retail, dari serangkaian itu didominasi oleh produk fast moving,” kata Teguh ketika diwawancara Gatra.com belum lama ini.

Dirinya optimistis, pertumbuhan 3 D printing di Indonesia juga akan maju seiring kehadiran AXI sebagai pionir mesin pencetakan tiga dimensi. “Rasanya kita harus mendekati [pertumbuhan] itu, paling tidak minimum, karena kawasan ASEAN berkembang. Nah, yang sekarang baru berdiri itu Indonesia, Singapura dan Thailand,” ujarnya.

Kegiatan peluncuran dan talkshow “Bring Creativity into Reality” (Doc. Astra Graphia)

Karena itu, AXI memiliki visi untuk “membumikan” ekosistem 3D printing sebelum fokus ke hilirisasi atau produksi massal. “Yang terpenting ekosistem bisnisnya dulu. Makanya dua bulan sebelum soft launching 3D printing, sudah kita sebar [promosi]. Dan di luar sana kebetulan juga sudah terbiasa dengan printer ini,” ia menjelaskan.

Teguh mengatakan, perkembangan bisnis dari Astra Graphia diawali dengan peluncuran dan penggunaan printer merek Fuji Xerox. Selanjutnya, perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0 membuat perusahaan bergerak adaptif dengan meluncurkan printer 3 dimensi. Ekosistem bisnis 3D printing di Indonesia memang terbilang baru, akan tetapi riset inovasi terkait produk ini sudah dimulai jauh sebelumnya.

“Kita dibilang terlambat sih enggak. Terakhir di ITB dan UGM sudah jalan konsep [3 D Printing]. Lalu bisa enggak kita mengimplementasikannya di mana orang-orang bisa hidup dengan kreativitas itu,” kata Teguh.

Selain itu, produk baru menurutnya punya ceruk yang besar. Karena segmen pasarnya banyak dan peluang ekonominya juga cukup tinggi. Selain ekosistem bisnis, kualitas dan harga juga menentukan pertumbuhan 3 D printing di Indonesia. “Sama kayak printer laser dulu harga Rp5 juta enggak ada, tapi begitu kita keluarin produk yang di bawah Rp3 juta langsung [laku]. Mungkin di Indonesia psikologisnya di situ,” ujarnya lagi.

Teguh mengatakan, dalam konsep awal pihaknya memulai dengan rancangan 3D printing yang sederhana. Selain untuk melihat respon pasar, rancangan tersebut juga digunakan untuk memasyarakatkan ekosistem bisnis 3D printing di Tanah Air yang menyasar desainer/kontributor 3D, komunitas UMKM, institusi pendidikan dan pemerintahan.

Setelah ekosistem bisnis terbentuk, AXI selanjutnya akan fokus kepada produk yang lebih canggih dengan membidik pasar industri, dealer, dan furniture. “Di nextnya iya, kita prepare untuk high end product, yang harga mesinnya sudah ratusan juta. Jadi, kita perlu prepare untuk tim yang menguatkan itu. Mungkin karena punya saudara terdekat di Astra, kita discuss dengan Astra Otoparts dan sebagainya,” pungkasnya.

209