Ubud, Gatra.com- Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Wahyu Agung Nugroho mengatakan bahwa stabilitas nilai tukar Rupiah masih terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Merujuk data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, nilai tukar rupiah tercatat berada di posisi Rp14.884 per US$ pada 1 September 2022 lalu. Pada 30 September 2022, Rupiah terus tertekan dengan berada di Rp 15.232 per US$.
"Nilai tukar pada 30 September 2022 terdepresiasi 2,24% (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022 dan terdepresiasi 6,40% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021," ungkap Wahyu dalam pelatihan Bank Indonesia kepada wartawan di Bali, Ubud, Sabtu (1/10). Baca juga: Pengamat Sarankan Insentif Pengendalian Inflasi Daerah Harus Dibarengi Sanksi, Kok Gitu?.
Menurut Wahyu, kondisi ini masih relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Ia mencontohkan, seperti India yang mencapai 8,65%, lalu Malaysia sebesar 10,16%, dan Thailand menembus 11,36%.
Nah perkembangan nilai tukar yang tetap terjaga tersebut, lanjut dia, ditopang oleh pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik serta langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia. Baca juga: Stimulus Fiskal dan Kenaikan Suku Bunga Bertahap Diklaim Jadi Kunci Hadapi Krisis
Upaya yang dilakukan BI dalam memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi adalah dengan intervensi di pasar valas. Yakni baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Juga melanjutkan penjualan atau pembelian SBN di pasar sekunder (operation twist) untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi. Baca juga: Inflasi September 5,88%, BI Sebut Fundamental Indonesia Masih Kuat
"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnyauntuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi," jelas dia.