Home Nasional Anak Panti di Padang Panjang Butuh Perhatian Pemda

Anak Panti di Padang Panjang Butuh Perhatian Pemda

Padang Panjang, Gatra.com - Ratusan anak Panti Asuhan Bina Remaja (PSBR) Harapan, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat dibina menjadi wirausaha.

"Mereka memang dituntut jadi entrepreneur, setelah dari sini bisa buka usaha jahit," kata Kepala UPTD PSBR Harapan, Kamisar Kamus, Minggu (2/4).

Tuntutan itu, sebut Kamisar, juga sesuai dengan program unggulan yang dicanangkan Pemprov Sumbar yakni menciptakan sebanyak 1000 entrepreneur baru di Ranah Minang.

Kendati program unggulan itu positif, menurutnya perhatian pemerintah daerah terhadap anak-anak panti masih sangat kurang. Padahal, lulusan PSBR Harapan ini sangat potensial.

"Support dari Pemda sangat kurang, jadi setelah keluar dari sini (PSBR), anak-anak ini sulit mandiri, karena kurang modal," ujarnya.

Padahal, dia menilai anak-anak lulusan PSBR Harapan ini masih perlu dukungan. Misalnya, dari Pemda kabupaten/kota, dinas koperasi, Disnaker, bahkan pelaku UMKM.

"Misalkan saja, jika pemprov atau pemda berani memerintahkan pihak dinas pendidikan, agar membeli pakaian sekolah dari anak PSBR, pasti mereka sudah mandiri," jelasnya.

Dia menyebut, anak-anak PSBR Harapan Kota Padang Panjang ini berjumlah 200 orang perempuan setiap tahunnya. Mereka berasal dari berbagai daerah kabupaten dan kota se-Sumbar.

"Terbanyak berasal dari Pasaman Barat, Pasaman, baru diikuti daerah Dharmasraya, Sijunjung, Pesisir Selatan, Bukittinggi, Sawahlunto, Pariaman," rincinya.

Setiap anak ini, dibekali pelatihan menjahit dan bordiran selama enam bulan. Kemudian, juga dibekali ilmu agama, pembinaan mental, serta dunia wirausaha, hingga diberikan uang saku.

"Mereka ini anak-anak putus sekolah, yatim, atau piatu usia 15-20 tahun. Setelah dibina di sini, nanti masing-masing diberikan satu mesin jahit," tutupnya.

Salah seorang yang sedang mengenyam pelatihan di PSBR Harapan, Dina Adola (19) mengaku merasa betah. Terlebih instruktur menjahit dan bordiran memberikan bekal untuk bisa lebih mahir.

"Pengennya setelah dari sini, bisa balik kampung buka usaha jahit atau bordir," ucap Dina asal Pasaman Barat ini.

Sementara Fatma (19), asal Nagari Rao, Kabupaten Pasaman kini telah bekerja di usaha bordiran di Padang Panjang. Hal ini ia dapatkan setelah mengikuti pelatihan di PSBR Harapan.

"Saya dapat tawaran kerja dari instruktur di sini. Jadi sekaligus untuk lebih mahir sebelum punya modal buka usaha sendiri," tuturnya.

124