Home Makro Di tengah Gejolak Global, Fundamental Domestik Indonesia Masih Kuat

Di tengah Gejolak Global, Fundamental Domestik Indonesia Masih Kuat

Jakarta, Gatra.com– Meski gejolak ekonomi global sedang tinggi, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto meyakini fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, Menurut Eko, fenomena ekonomi global tidak langsung berdampak dengan ekonomi Indonesia.

Karena menurutnya, ekonomi Indonesia sumber utamanya adalah domestik yang memungkinkannya akan terus tumbuh dan kebal dengan tekanan dari luar. “Indonesia bagaimana? Ekonomi Indonesia driver utamanya adalah domestik. Jadi selama domestiknya masih bisa bergulir, sebetulnya kita masih bisa tumbuh sekitar 4,8%," jelasnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/7).

Eko menyebut bahwa pertumbuhan itu memang tidak se-impresif pemerintah yang memiliki target 5,3%. Namun bila sedikit di bawah 5% menurutnya masih mungkin karena mempertimbangkan kelesuan yang terjadi pada tataran ekonomi global.

​​​​​​Baca juga: OJK dan BPKP Perkuat Pengawasan Sektor Jasa Keuangan

Eko juga mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam hal efektifitas pembelanjaan agar mencapai target pajak yang sesuai dari sisi penerimaan. Terlebih Eko mendorong agar pemerintah melakukan government spending agar anggaran negara segara dapat dipompa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Sejauh ini ekonomi nasional masih terbilang stabil. Oleh karena itu, sudah saatnya melakukan government spending. Anggaran ini harus segera dipompa untuk ke ekonomi riil, dieksekusi di sektor rill untuk kemudian menghasilkan PDB,” tuturnya.

Sementara itu, Co-Founder Tumbuh Makna, Fenny Tjahyadi mengatakan bahwa indikator perlambatan ekonomi di Indonesia belum terlihat, meskipun telah terjadi tekanan global kenaikan suku bunga AS. Salah satu faktor ekonomi Indonesia masih sehat, menurut Fenny, antara lain adalah nilai tukar mata uang Indonesia, yakni rupiah yang masih terbilang stabil di antara nilai tukar mata uang negara lainnya di dunia.

“Melihat pasar makro di Indonesia pada beberapa bulan terakhir lebih cenderung ke arah positif. Melihat tanda-tanda ini, jadi analisanya adalah perlambatan ekonomi di Indonesia sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Ini dapat dilihat ketika terjadi inflasi yang mengalami perlambatan pasca libur hari raya waktu itu," jelas Fenny.

Baca juga: Ternyata Ini yang Bikin Indonesia Terjerat dalam Ancaman Middle Income Trap

Bahkan pada Juli ini inflasi sudah masuk ke rentang target Bank Indonesia. Awal bulan Juli pun inflasi kita turun ke level 3,52%. Untuk kategori transportasi mengalami deflasi sebesar 0,1%. Sedangkan untuk sektor makanan dan minuman inflasinya melambat di bawah 0,5 persen.

"Ini terjadi karena permintaannya sudah normal kembali pasca libur hari raya dan juga untuk suplainya sudah cukup tinggi. Selain itu, nilai tukar kita terbilang masih cukup kondusif di tengah nilai tukar mata uang negara-negara lain yang terkena dampak,” katanya menjelaskan.

47