Home Gaya Hidup Konsern Gangguan Perkembangan di ASEAN, LSPR Gandeng JDD NET Luncurkan Indonesian Developmental Disorder

Konsern Gangguan Perkembangan di ASEAN, LSPR Gandeng JDD NET Luncurkan Indonesian Developmental Disorder

Jakarta, Gatra.com- Untuk meningkatkan dukungan dan pemahaman tentang gangguan perkembangan, LSPR Institute of Communication & Business dengan kemitraan bersama Japanese Developmental Disorder Network (JDD NET) menggagas inisiatif untuk membentuk jejaring Indonesian Developmental Disorder Network (IDD NETNET). 

IDD NET diharapkan dapat menjadi jaringan luas yang mencakup organisasi nasional dan lokal untuk penyandang disabilitas perkembangan, asosiasi orang tua, masyarakat akademik, kelompok peneliti, dan organisasi profesional yang terkait dengan gangguan perkembangan.

Pembentukan jejaring ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman, serta mendorong penelitian dan kebijakan mengenai disabilitas perkembangan di Indonesia.

Founder & CEO LSPR, Prita Kemal Gani mengatakan bahwa bersama Nozomi no sono (The National Centre for Persons with Severe Intellectua Disabilities in Japan) serta Hosei University dan dukungan ERIA (the Economic Research Institute for ASEAN and East Asia), LSPR berkomitmen melakukan riset sejak Desember 2021 hingga November 2023. "Riset dua tahun ini akan menghasilkan dua poin penting," katanya saat peluncuran IDD NET di Kampus LSPR, Jakarta, Kamis (31/8).

Baca juga: Ruang Interaktif Bantu Rangsang Aspek Kognitif Anak Berkebutuhan Khusus

Pertama adalah laporan kesehatan dengan judul”The Current Status and Issues for Healthcare Policies for Persons with Developmental Disorders in Southeast Asia”. Kedua adalah Guidebook on “Development of Parent Training, Mentoring, Group Coaching Guidelines to Enhance the Quality of Life of Parents of Persons with Developmental Disorders in Southeast Asia”.

"Hasil kedua riset ini, diharapkan dapat membantu individu penyandang disabilitas dan keluarganya untuk mendapatkan hak yang sama,” papar Prita.

Founder & CEO LSPR, Prita Kemal Gani saat peluncuran IDD NET di Kampus LSPR, Jakarta, Kamis (31/8). (GATRA/Dok LSPR) 

Di tahap selanjutnya jejaring IDD NET bertujuan untuk mengadvokasi perubahan kebijakan untuk mendukung para penyandang gangguan perkembangan, serta mempromosikan kemandirian dan perkembangan sosial para penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia.

Acara paparan mengenai kegiatan riset internasional tentang disabilitas perkembangan (developmental disorder) di Asia Tenggara merupakan kolaborasi riset yang berlangsung selama 2 tahun (sejak Desember 2021) antara the National Center for Persons with Severe Intellectual Disabilities, Nozominosono, Jepang dan LSPR Institute of Communication and Business of Indonesia, dengan dukungan dari the Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).
Baca juga: Walk For Autism : Perjuangkan Hak Anak Berkebutuhan Khusus
Beberapa poin penting yang dibahas dalam acara adalah mengidentifikasi isu-isu penting terkait penyandang gangguan/disabilitas perkembangan. Kedua, paparan riset mengenai analisis situasi disabilitas perkembangan di ASEAN serta buku panduan untuk pelatihan orangtua dengan anak penyandang disabilitas perkembangan.

Ketiga mengembangkan kolaborasi dan dukungan kerjasama internasional terkait disabilitas perkembangan di ASEAN dan Jepang. Serta memfasilitasi inisiatif dan diskusi tentang ganguan/disabilitas perkembangan melalui IDD NET dan JDD NET di tahap-tahap selanjutnya.

Acara ini dihadiri oleh para partisipan yang mewakili beragam kalangan, termasuk penyandang disabilitas perkembangan, organisasi dan komunitas orangtua dengan anak penyandang disabilitas perkembangan, perwakilan akademisi dan pemerintah serta pihak-pihak lainnya yang terhubung dengan bidang ini.

H.E. Ambassador Masahiko Kiya, Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN saat peluncuran IDD NET di Kampus LSPR, Jakarta, Kamis (31/8). (GATRA/Dok LSPR) 

H.E. Ambassador Masahiko Kiya, Ambassador of the Mission of Japan to ASEAN menambahkan, Jepang membuat sebuah framework, termasuk pemerintah lokal untuk membuat support system untuk developmental disorder.

"Sekelompok orang dengan disabilities developmental disorder di Indonesia, Filipina, Vietnam tentu menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Saya berharap semoga komitmen kolaborasi riset ini bermanfaat untuk mendukung negara ASEAN khususnya dalam bidang developmental disorder," jelasnya.

Gangguan atau disabilitas perkembangan (developmental disorder/disability) di Indonesia dan negara-negara ASEAN menjadi isu yang memerlukan perhatian khusus.  Diperkirakan sekitar 690 juta atau 1 dari 6 orang di Kawasan Asia dan Pasifik merupakan penyandang disabilitas (UNESCAP. 2019).

"Saya berharap workshop ini akan berkelanjutan bukan hanya di negara Indonesia – Jepang, dan ASEAN, tapi juga negara lainnya dan memberikan manfaat untuk orang banyak di seluruh dunia,” papar Masahiko.

43